Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

7 Cara Praktis Hindari Perselingkuhan dengan Rekan Kerja

13 September 2020   06:15 Diperbarui: 13 September 2020   07:48 2633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
databoks.katadata.co.id

1) Ia sering merapikan baju dan dandanannya sebelum bertemu Anda;

2) Ia sering menerobos batas umum antarpribadi, misalnya dengan mendekatkan diri secara tidak wajar atau bahkan menyentuh Anda;

3) Ia mengatakan pujian yang berlebihan dan intensif.

4) Ia meminta "kanal khusus" untuk berkomunikasi dengan Anda, misalnya nomor telepon atau akun media sosial.

Masih banyak bahasa tubuh "jatuh cinta" yang dengan mudah dapat kita kenali sepanjang kita jujur dengan diri sendiri. 

Jika kita tulus bekerja demi keluarga, tentu kita tidak akan menanggapi dan atau mengirimkan bahasa tubuh "jatuh cinta" pada rekan kerja. Contohnya, ketika rekan kerja tetiba menyentuh tangan atau bahu Anda di ruangan yang sepi, Anda perlu tegas mengatakan bahwa Anda tidak suka dengan perlakuan itu.

3. Membatasi Kontak sesuai Deskripsi Pekerjaan

Perselingkuhan di tempat kerja akan dapat kita hindari jika kita tegas membatasi kontak dengan pribadi lain sesuai deskripsi pekerjaan. Kontak dengan klien dan rekan kerja memang sebaiknya tidak melebar ke urusan pribadi. 

Tentu saja, klien dan rekan kerja terkadang memerlukan kita sebagai "tempat curhat". Akan tetapi, jika curhat itu mulai menyangkut persoalan pribadi dan secara afektif menyita perhatian, kita sebaiknya berani membatasi diri.

Sarankan pada pribadi yang bersangkutan untuk mencari kerabat, sahabat, atau bantuan profesional (misalnya: psikolog dan pemuka agama) alih-alih mencari Anda sebagai "tempat curhat". 

Dalam praktik konseling yang saya ketahui, beberapa konselor bahkan membatasi jumlah maksimal pertemuan dengan satu klien. Jika setelah, misalnya, lima sesi konseling berlalu dan si klien tidak mengalami perubahan positif, artinya kami sebagai konselor sudah mentok dalam membantunya. Kami harus mengarahkan si klien ke konselor lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun