Seorang peneliti Jerman telah memaparkan pengamatan jitu soal kondisi politik tanah air. Pengamat itu adalah Profesor Susanne Schroter, Direktur Pusat Penelitian Islam Global di Frankfurt, FFGI.Â
Ia menilai, "Peran agama (dalam politik) di Indonesia sekarang sangat  besar. Agama sekarang jadi instrumen utama berpolitik, dan agama diinstrumentalisasi oleh semua pihak".
Profesor ilmu politik itu, yang juga ketua Yayasan Orientalis Jerman Deutsche Orient Stiftung (DOS), menggambarkan jalannya kampanye di Indonesia sebagai perebutan wacana Islam. Tiap kubu mencoba mencari kelemahan lawan dengan mengangkat isu kadar keislaman.
Menurut Susanne, meningkatnya politisasi agama di Indonesia sebagai kegagalan elit politik. Elit politik kita dinilainya gagal mengisi falsafah Pancasila dan konstitusi yang demokratis dengan langkah-langkah nyata.Â
Selengkapnya baca: Kritik Pengamat JermanÂ
Mudah sekali kita menemukan contoh politisasi agama di negara kita akhir-akhir ini. Cukup sebut kontestasi Ahok-Anies Baswedan. Jika masih kurang, ingat lagi kontestasi Jokowi-Prabowo dan soal "salat Jumat di mana; leluhur komunis; bisa baca kitab suci tidak; dsb" terkait isu kadar keagamaan capres Pemilu lalu.
Cukup ingat lagi pemuka-pemuka agama dan kelompok-kelompok "berbaju agama" yang sebenarnya "berjiwa partai" atau "berjiwa politik".
Seorang pemilih yang kritis akan bertanya: "Lho kita ini memilih presiden Indonesia (baca: pemimpin politik) atau ahli baca kitab suci, sih? Apakah presiden atau gubernur atau kepala daerah harus seagama dengan warga mayoritas? Apakah seorang yang berpenampilan agamis pasti tidak korup?Â
Kenapa isu komunis selalu muncul tiap kali nama-nama tertentu berkontestasi? Mengapa isu perempuan tak pantas jadi pemimpin selalu menghantui kontestasi politik kala ada kandidat perempuan?"
Nah, inilah yang bikin rame jagad perpolitikan Indonesia: politisasi agama! Menjegal saingan dengan isu agama (atau tak beragama atau kurang beragama). Bukan dengan adu program dan adu rekam jejak.Â
Partai, politisi, dan buzzer ramai menjual Tuhan dan mengobral ayat suci untuk merebut simpati rakyat. Sebenarnya, yang kalian lakukan itu jahat!