Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Riset Ini "Jelaskan" Gejala "Mabuk Agama" Orang Indonesia, Apa 4 Relevansinya bagi Kita?

5 September 2020   06:16 Diperbarui: 5 September 2020   19:09 2485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, negara-negara pada kelompok kedua ini sangat beragam tanggapannya. Ada Indonesia yang 83 persen warganya menilai agama saat ini memegang peran yang lebih penting daripada 20 tahun lalu. Sementara itu, 63 persen responden Australia menilai bahwa agama makin tidak berpengaruh di benua itu. 

Kedua, adanya 83 persen responden Indonesia yang berpendapat bahwa agama semakin berpengaruh dalam tiap sendi kehidupan menjadi angka tertinggi di antara 27 negara yang disurvei.

Hanya Nigeria (65 persen) dan Kenya (60 persen) yang bisa mengekor Indonesia dalam hal makin besarnya pengaruh agama dalam 20 tahun terakhir.

pewresearch.org
pewresearch.org
NB: sepertinya nilai di atas mengandaikan ada responden yang "tidak tahu atau tidak menjawab". Dalam pembahasan artikel saya ini, demi memudahkan, responden jenis ini kita abaikan. 

Istilah "Mabuk Agama"

Sebelumnya, saya perlu memberi penjelasan mengenai istilah "mabuk agama" ini agar tidak menimbulkan salah tafsir. 

Istilah ini memang bukan istilah ilmiah. Istilah ini muncul, antara lain, untuk menamai gejala makin kuatnya pengaruh agama dalam masyarakat kita, terutama dalam kaitannya dengan kontestasi politik berbasis politik identitas.

Istilah "mabuk agama" bukan berarti bahwa saya menilai bahwa agama itu seperti alkohol yang memabukkan. Agama sangat penting bagi saya. Juga bagi kita semua sebagai warga Indonesia ber-Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi juga nafas hidup saya dan Anda, pembaca budiman. 

Istilah "mabuk agama" sejatinya adalah istilah yang mengajak kita untuk berkaca diri: "Seberapa kuat sih agama itu memengaruhi hidupku dan masyarakatku? Bagaimana seharusnya menempatkan agama secara tepat dalam konteks hidupku dan hidup berbangsa dalam masyarakat bineka di Indonesia?"

"Mabuk agama" pada judul artikel ini memang berkonotasi negatif, akan tetapi sebenarnya riset PEW Research tidak sedang membahas soal "mabuk agama". Maafkan saya yang menggunakan istilah "mabuk agama" itu untuk menarik minat Anda membaca ulasan "agak berat" ini. 

Empat Relevansi Riset PEW Research untuk Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun