Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senyum Bahagia di Rumah Baru yang Terbuat dari Cinta

29 Agustus 2020   09:10 Diperbarui: 29 Agustus 2020   09:07 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat Gotong-Royong

Salah satu keutamaan bangsa Indonesia  adalah praktik gotong-royong. Semangat gotong-royong ini memiliki aneka nama sesuai bahasa daerah di Nusantara. 

Masyarakat Minahasa menyebutnya dengan istilah mapalus. Menurut Meldy Elshaday Lumantow, dkk budaya mapalus adalah sistem kerja sama     yang  didasarkan pada falsafah hidup  orang Minahasa. Menurut Dr. Sam Ratulangi, falsafah itu adalah “si tou  timou tumou  tou " atau "manusia hidup  untuk menghidupkan manusia  lain”. 

Warga Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur mengenal istilah gugur gunung dan sambatan. Menurut rekan Kompasianer Bambang Setyawan, para warga Jawa yang merantau ke seantero Nusantara membawa semangat gugur gunung ini ke mana pun mereka berada.

Warga Bali menyebut gotong-royong dengan istilah ngayah. Orang Batak Toba mengadakan siadapari. Warga Padang Pariaman menyelenggarakan hoyak tabuik

Masyarakat Dayak yang terdiri dari aneka suku dan sub-suku juga mengenal aneka istilah gotong-royong. Misalnya, Suku Dayak Lundayeh yang tinggal di kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara menyebut gotong-royong dalam bertani dengan istilah paleo.

Demikian pula warga di kampung Ibu Kiir memiliki semangat gotong-royong yang kuat. Mereka bahu-membahu melibatkan diri dalam renovasi pondok Ibu Kiir.

Suster Sari, biarawati anggota kongregasi para suster Penyelenggaraan Ilahi, menjelaskan bagaimana indahnya gotong-royong yang terjalin di antara warga yang beraneka agama. Pengerjaan renovasi rumah ini dipenggawai oleh adik Ibu Kiir. 

dokpri Suster Sari PI
dokpri Suster Sari PI
Para pria bekerja menyusun papan-papan kayu hingga rumah baru terwujud. Para ibu menyediakan penganan dan makanan. Warga terlibat dengan menyumbang bahan makanan demi mendukung pembangunan rumah baru bagi Ibu Kiir.

Berkat gotong-royong banyak pihak, Ibu Kiir kini tinggal di rumah barunya yang terbuat dari cinta. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya dan dari para malaikat kasat mata pembawa cinta tulus pada sesama manusia.

Kiprah Pemerhati Kaum Sederhana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun