Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Forgiving is Forgetting (Memaafkan Itu Melupakan)

6 Agustus 2020   05:40 Diperbarui: 6 Agustus 2020   05:39 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak - Sumber dari pixabay.com/lcjcor

I sit calmly. The weather today is a bit rainy

My fingers are dancing happily

Turning the pages of an old photo album slowly

There I find pictures of my deceased daddy

*

"Son, when I was a kid

my father -your grandpa- used to beat me

every time I failed to do what he asked me,"

my daddy told me once.

*

Strangely, my daddy never did anything like that to me

Not even a slap landed on my cheeks

I wonder why. Exactly one year after he passed away.

*

Then I remember once my father told me:

"Forgiving is giving up treating others badly

Forgiving is forgetting bad memories."

*

Tears in my eyes

"Thank you, my beloved dad, 

for teaching me how to forgive and to forget."

***

 Versi Indonesia:

Memaafkan Itu Melupakan

Aku duduk tenang. Hujan berinaian.

Jemariku menari dengan penuh kegembiraan.

Membuka album foto usang perlahan-lahan.

Di situlah foto-foto mendiang papa kutemukan.

*

"Anakku, waktu aku kecil sepertimu

Ayahku -kakekmu- sering memukulku

Tiap kali aku gagal menaati apa yang ia mau,"

kata Papaku.

*

Ganjilnya, padaku Papaku tak pernah melakukan hal serupa

Tak pernah sekalipun pipiku ditamparnya

Ku bertanya mengapa. Tepat setahun setelah wafatnya.

*

Aku lantas terkenang perkataan Papa padaku:

"Memaafkan itu berhenti berbuat jahat pada orang lain.

Memaafkan itu melupakan kenangan kelam."

*

Berderai air mataku

"Terima kasih, Papa terkasihku,

engkau telah mengajarku

bagaimana mengampuni dan melupakan."

****

NB: Tokoh dan peristiwa fiktif belaka. Puisi dua versi bahasa ini dipersembahkan untuk semua ayah dan pemeran "kasih kebapaan" bagi banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun