Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Doa Ikhlas Nenek Pemungut Beras untuk Pelakor dan Koruptor

15 Juli 2020   06:25 Diperbarui: 15 Juli 2020   06:37 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang nenek berusia 87 tahun yang mengandalkan hidup dari sisa beras di Pasar Induk Cipinang. Foto: Feryanto Hadi/Wartakotalive

Ketika bos-bos makan siang lanjut "bobok siang"

di hotel tinggi menjulang,

nenek renta datang tanpa bilang-bilang

di Pasar Cipinang, menyapu bulir-bulir terbuang

*

Sri namanya. Pinggiran Jawa Tengah asalnya.

Dompet tak ia punya. Apalagi isinya.

Mbah Sri, Mbah Sri...datang merantau ke ibu kota

setelah ditinggal pergi suaminya.

*

Zaman baheula memang belum ada drama Korea

tapi pelakor sudah ada

Mbak Sri muda waktu itu jadi salah satu korbannya

*

Tiap hari Mbah Sri pagi-pagi sembahyang

merapal doa-doa, mengharap luka batin menghilang,

menyelipkan harapan baik untuk pelakor dan suami tersayang.

*

Mbah Sri, Mbah Sri...

Ayah-bunda memilih nama Sri, sang dewi padi

lambang kesuburan negeri gemah ripah loh jinawi

sayangnya banyak tikus berdasi

menari-nari menindas wong cilik seperti Sri

*

"Berilah rejeki, oh Tuhan yang Maha Baik

pada wong licik dan wong cilik.

Hamba tak mengharap uang banyak

Cukuplah bisa makan layak

Biar sekadar beras bercampur kerikil

hasil halal bukan mustahil"

*

Mbah Sri, Mbah Sri...

deritamu di dunia fana alangkah hebatnya

rindumu akan swargaloka alangkah kuatnya

lebih kuat dari terik mentari di gurun Kalahari.

***

menarapipit, medio juli 20.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun