Orang tua yang bijaksana kiranya sepakat, merokok tidak bermanfaat. Di hati kecil para ayah dan ibu perokok sekalipun, kiranya kesadaran ini telah terpatri.
Siapa ayah dan ibu yang ingin merugikan kesehatan anak-anak mereka? Ayah dan ibu perokok aktif pun kiranya tidak ingin putra-putri mengikuti jejak mereka sebagai perokok aktif.
Dialog imajiner ini mungkin terjadi: "Nak, jangan ikut-ikutan merokok. Biar ayah saja!" nasihat sang ayah. Si anak cemberut. "Lo, ayah ini gimana, sih? Nyuruh anak gak merokok tapi ayah sendiri gak mau berhenti merokok!"
Ayah dan Ibu Kunci Hentikan Tradisi Merokok
Anak cenderung meniru orang tua yang merokok. Studi yang dirilis Journal of Pediatrics 2008 menunjukkan,
jika orang tua merokok, kemungkinan anak remaja ikut menjadi perokok meningkat tiga kali lipat.
Itulah mengapa, pada bungkus rokok di Eropa, ditulis peringatan: “Anak orang yang merokok cenderung akan merokok”.
Tujuan kampanye ini adalah menyadarkan tanggung jawab orang tua untuk memutus mata rantai transfer kebiasaan merokok pada anak.
Pengalaman saya membuktikan hal ini. Saya adalah satu pria istimewa di Indonesia. Mengapa?
Penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), Universitas Washington, menunjukkan bahwa jumlah pria perokok di Indonesia pada 2013 meningkat dan menempati peringkat kedua di dunia dengan 57%.
Artinya, hampir 60 persen pria Indonesia adalah perokok aktif. Pria yang tidak merokok bisa dibilang sebagai pria istimewa. Iya, kan? Hehe.