Penonton juga terhibur oleh celoteh spontan dengan bahasa daerah atau bahasa orang sederhana yang tak mengada-ada.Â
Hal ini tidak kita dapatkan saat menonton konten Youtuber yang pamer koleksi mobil mewah, liburan berminggu-minggu ke luar negeri, atau pamer jumlah rekening bank.
Dalam teori media, konten Youtuber sederhana lebih punya kedekatan atau proximity dengan pemirsa yang mayoritas adalah kalangan menengah ke bawah. Karena itu, penonton merasa diri dekat dengan para Youtuber yang juga sama-sama senasib dalam suka-duka sebagai orang biasa.Â
Ketiga, menjadi inspirasi untuk bangga dengan jati diri
Konten Bocah Ngapak, misalnya, dibawakan dengan logat Jawa Banyumasan yang khas. Trio bocah ngapak terdiri dari Azkal, Fadly, dan Ilham. Mereka adalah anak-anak dari Sadang, Kebumen, Jawa Tengah.Â
Warganet memuji konten yang mengangkat jati diri sebagai warga daerah tertentu dengan budaya yang khas ke tataran pemirsa nasional. Meski ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia terasa ada nuansa bahasa yang berbeda, toh tak mengurangi minat masyarakat pada konten lokal semacam ini.
Masyarakat lain suku pun memuji kreator konten yang dengan penuh rasa bangga menyajikan konten-konten lokal. Inilah keanekaragaman budaya yang semestinya lebih banyak disorot para kreator konten dan penonton YouTube.
Wasana Kata
Tentu saja, ulasan ini tidak bermaksud mengerdilkan kreator konten bertopik kemewahan. Tiap ceruk ada konsumennya sendiri. Juga, sangat mungkin orang terinspirasi untuk bekerja keras meraih sukses setelah menonton konten serba wah tersebut. Pasti ada alasan tersendiri untuk menikmati konten Youtuber super kaya.Â
Apa pun konten yang disajikan, mari kita petik hikmahnya bagi perkembangan diri dan bangsa kita.