Apalagi saat aktor dan aktris ciamik menjiwai peran mereka. Umpama, penonton bisa membenci Han So Hee, meski sebenarnya dia cuma memerankan tokoh fiktif pelakor bernama Yeo Da Kyun!
Dalam dunia nyata, ada saja penonton yang sampai mengumpat pada aktor dan aktris yang memerankan peran jahat. Nah, penonton jenis ini bisa dipastikan adalah korban hiperrealitas.
Demikian pula mekanisme yang terjadi ketika warganet Indonesia merisak media sosial Reemar Martin. Warganet (perempuan) mungkin mengira, Reemar Martin adalah saingan nyata dalam memperebutkan perhatian cowok Indonesia.Â
Padahal, Reemar Martin tidak pernah berjumpa langsung dengan para cowok Indonesia yang memuji kecantikannya. Medsos menjadikan seolah ia begitu dekat dengan (pria) penggemarnya!
Hikmah bagi Kita
Mari kita didik diri dan keluarga untuk cerdas dan kritis dalam bermedia (sosial). Mari bijaksana memilah mana yang fiktif dan mana yang fakta. Bimbing kaum muda untuk santun menggunakan media sosial.Â
Jika sehari-hari kita saleh beribadah dan sopan, mengapa di dunia maya berubah jadi ganas bak setan alas? Sampai-sampai tega merundung artis luar negeri. Bikin malu saja.Â
Daripada sibuk merisak artis yang kenal kita saja tidak, yuk sibuk berbuat baik bagi saudara-saudari terdampak corona di sekitar kita.Â
Salam cerdas bermedia sosial!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H