Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perusahaan "Rasa Indonesia" Produksi Vaksin Corona dari Tembakau dan Kontroversi Industri Rokok

7 April 2020   06:08 Diperbarui: 7 April 2020   08:16 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah perusahaan biofarmasi di Kentucky, Amerika Serikat saat ini sedang mengembangkan vaksin korona berbasis tembakau. Perusahaan itu bernama Kentucky BioProcessing (KBP). Pusatnya di Owensboro.

KBP menyatakan, vaksin saat ini dalam pengujian pra-klinis. Direncanakan proses produksi vaksin korona berbahan dasar tembakau ini akan dimulai bulan Juni jika hasil pengujian berjalan dengan baik. Kapasitas produksi dapat mencapai 1 sampai 3 juta vaksin per minggu.

Proses penemuan vaksin 
KBP mengkloning sebagian urutan genetik COVID-19 untuk pengembangan antigen potensial. Antigen menyebabkan tubuh seseorang memproduksi antibodi untuk melawan virus. 

Antigen dimasukkan ke dalam tanaman tembakau untuk mereproduksinya dalam jumlah yang lebih besar. Ketika tanaman tembakau dipanen, antigen dimurnikan.

Tanaman tembakau dipilih karena dua alasan. Pertama, tembakau tumbuh cepat. Kedua, tembakau tidak dapat menjadi inang patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Vaksin nabati ini diklaim lebih aman dibanding vaksin konvensional.

Vaksin Nirlaba
KBP sejatinya adalah perusahaan komersial yang mencari laba, namun dalam produksi vaksin korona ini KBP tidak mengejar untung. Karena itu KBP sedang menggalang kerjasama dengan pihak-pihak terkait agar proyek ini dapat menghasilkan vaksin yang terjangkau masyarakat luas.

Kentucky BioProcessing bukan anak baru dalam proses pembuatan vaksin. Sebaliknya, KBP adalah pemain utama dalam mengembangkan pengobatan Ebola dengan produk andalannya, serum ZMapp. 

Perusahaan "Rasa Indonesia"
Menariknya, Kentucky BipProcessing menginduk pada sebuah perusahaan tembakau raksasa dunia, British American Tobacco. Kita tahu, British American Tobacco (BAT) adalah pemain besar bisnis tembakau internasional.

BAT adalah produsen rokok terbesar kedua di dunia pada 2012. BAT memimpin pasar rokok dan tembakau di lebih dari 50 negara dan beroperasi di sekitar 180 negara, termasuk Indonesia.

Dikutip dari top-employers.com, BAT Indonesia mempekerjakan lebih dari 6.000 karyawan inti; mulai dari kemitraan penanaman daun hingga produksi, pemasaran, dan distribusi rokok. Perusahaan ini adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia dan beroperasi dari lebih dari 40 lokasi di Indonesia. Tak salah menyebut perusahaan yang berpusat di London ini "rasa Indonesia".

Kontroversi Perusahaan Rokok dan Tembakau di Dunia
Kita tahu, industri rokok dan tembakau adalah industri yang sarat pro dan kontra. Di satu sisi, industri ini bertanggung jawab atas produksi dan kampanye (me)rokok yang menjadi pemicu aneka masalah kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasif. 

Di sisi lain, industri ini membuka lapangan pekerjaan dan mengadakan aneka aksi sosial.

Di negeri kita, sebuah perusahaan rokok bahkan "berduel" dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) soal sponsor pembinaan bulu tangkis usia dini. 

Masyarakat sampai terpecah jadi dua gegara isu ini, antara pendukung dan penolak audisi badminton yang disponsori perusahaan rokok. 

Tapi, tak bisa dimungkiri, perusahaan mana pun yang menyebabkan dampak buruk untuk masyarakat pasti berusaha "menyelamatkan muka" dengan program CSR (Corporate Social Responsibility) yang bermanfaat bagi warga.

Apakah produksi vaksin korona berbahan dasar antigen dalam tembakau oleh anak perusahaan sebuah industri rokok besar dunia adalah juga upaya "mencari simpati" dan "menebus dosa"?

Tanyakan saja pada tembakau yang sedang bergoyang...

Catatan akhir: penulis sangat menganjurkan "tidak pada rokok". Artikel yang mencoba memotret ambiguitas industri rokok ini tidak disponsori pihak mana pun. Salam sehat!

Rujukan: 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun