Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bus dan KRL Risiko Tinggi Corona "Dijelaskan" Kasus Bus Hunan, Dekat Wuhan

13 Maret 2020   06:23 Diperbarui: 13 Maret 2020   18:28 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini, WHO menyarankan jarak aman antara 1-2 meter di antara dua orang guna menghindari penularan. Akan tetapi, sebuah riset yang sempat dimuat dalam jurnal Practical Preventive Medicine oleh sekelompok peneliti China baru-baru ini menyajikan kesimpulan baru.

Dikutip dari surat kabar South China Morning Post atau SCMP, virus Covid-19 dapat bertahan di udara sekitar 30 menit dan dapat menyebar sejauh 4,5 meter dalam bus tertutup. Jarak ini lebih jauh dari "jarak aman" yang disarankan WHO. 

Para peneliti juga menemukan bahwa virus covid-19 dapat bertahan hidup pada permukaan di mana terdapat droplet orang terjangkit Covid-19. Ini meningkatkan risiko orang tertular setelah menyentuh droplet itu dan mengusap wajah (hidung, mata, bibir).

Lamanya virus corona bertahan di permukaan tergantung pada suhu dan jenis permukaan. Misalnya, pada suhu 37 derajat Celsius, virus corona ini dapat bertahan hidup di atas permukaan kaca, kain, besi, plastik, dan kertas.

Penelitian ini adalah hasil riset terhadap wabah corona di Hunan pada 22 Januari, selama puncak perpindahan warga China dalam rangka Tahun Baru China. Seorang penumpang, "pasien nol", naik bus antarkota di Provinsi Hunan. Hunan adalah tetangga provinsi Hubei yang beribu kota Wuhan, kota di mana Covid-19 pertama kali merebak di China. Jarak ibu kota kota Hunan ke Wuhan sekitar 500 km atau 5 jam perjalanan dengan mobil.

Si "pasien nol" duduk di baris kedua dari belakang. "Pasien nol" sebenarnya sudah memiliki gejala Covid-19, namun saat itu pemerintah China belum menetapkan wabah corona sebagai krisis nasional sehingga "pasien nol" ini dan sejumlah besar penumpang bus itu tidak mengenakan masker. 

Hu Shixiong, peneliti utama riset itu bekerja di Hunan Provincial Centre for Diseases Control and Prevention. Hu mengatakan, berdasarkan rekaman CCTV, "pasien nol" tidak berinteraksi dengan penumpang lain selama 4 jam perjalanan bus. 

Saat ia turun di kota berikut, ia sudah menularkan virus corona pada sejumlah penumpang lain. Dalam gambar di bawah:

- "pasien nol" dilukiskan berwarna merah, yang duduk di baris kedua dari belakang

- pasien oranye adalah 7 pasien yang terinfeksi dan menunjukkan gejala Covid-19. 

2 orang duduk satu baris di belakang "pasien nol"; 1 duduk tiga baris di depannya; 2 duduk enam baris di depannya (1 baris kiri; 1 kanan), 2 duduk tujuh baris di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun