Tersebutlah sebuah negeri. Negeri indah yang dihuni warga yang selalu sumringah. Apalagi saat gajian, jalan-jalan atau rebahan.
Negeri itu bernama Negeri Ini. Ya, negeri Ini. Penduduknya yang ramah itu hidup di bawah dua garis. Garis pertama adalah garis khatulistiwa. Garis kedua adalah garis kemiskinan. Inilah kisah Jono dan Jamilah, dua sejoli di negeri Ini yang sedang dimabuk hal-hal gila.
Jono dan Jamilah sama-sama wong melarat. Tinggal di desa kecil di tepi pantai selatan.Â
Jono dan Jamilah teman sejak SD. Dulu mereka dijodoh-jodohkan oleh teman-teman.Â
**
Jono dan Jamilah beranjak besar. Kelas 3 SMP. Suatu hari, Dodit, teman Jono berkata, "Jono, dapat salam dari Jamilah. Disuruh petik mangga di depan rumahnya!".
Jono percaya saja pada Dodit. Pulang cari rumput, sore-sore Jono mampir ke rumah Jamilah di kampung sebelah. Aneh, rumah Jamilah sepi. Di halaman rumah tak ada pohon mangga. Pohon mangga itu ada di halaman rumah di seberang rumahnya Jamilah.
Jono berpikir keras. "Hmm, mungkin yang dimaksud Dodit itu pohon mangga tetangga depan rumah Jamilah, ya?"
Demi menyenangkan Jamilah, Jono petik mangga di depan rumah. "Ah, mungkin ini rumah pakdhe-nya Jamilah. Ora opo-opo...," gumam Jono.
Baru saja tangan Jono memegang mangga, suara lelaki menggelagar,"Maling! Dasar bocah mbeling!"
Jono kaget, lalu terjatuh. Pingsan.