Percayalah, luangkan waktu untuk membuka kamus dan tesaurus. Amat mudah mendapatkan kamus dan tesaurus versi daring dan luring.
Membaca satu halaman kamus dan tesaurus sudah akan mendatangkan manfaat bagi kita karena kemungkinan besar, ada beberapa kata yang baru kita ketahui setelah membuka kamus.Â
Akan menjadi menarik, misalnya, jika kita mencatat dua atau tiga kata baru lantas berusaha memakainya dalam karya-karya kita.Â
Alih-alih "hujan", "senja", dan "kopi", kita dapat menggunakan "air langit", "rembang petang", dan "kahwa". Dari mana saya tahu kata-kata "baru" itu? Dari kamus KBBI dan tesaurus daring (sila klik utas) yang bikin tulisan tak garing!
Kedua, rajin membaca karya (sastra) bermutu.
Seorang penulis pemula hanya akan berkembang jika ia rendah hati belajar dari para pendekar dalam dunia kepenulisan. Karena itu, rajinlah membaca karya (sastra) bermutu.
Tak harus membeli, kita bisa meminjam secara luring di perpustakaan, taman baca, dan jejaring book sharing. Juga bisa membaca buku melalui perpustakaan daring, misalnya iPusnas.id.
Penulis-penulis unggul juga kerap memajang karya mereka secara gratis di media sosial dan blog. Artikel-artikel bermutu bisa kita baca gratis di laman media terkemuka. Cerpen dan puisi berkualitas di koran dan media daring pun bisa kita baca sebagai upaya menambah wawasan berbahasa.Â
Jangan puas membaca -maaf- tulisan receh serta cuitan medsos yang menawarkan diksi yang itu-itu saja. Luangkan waktu dan tenaga serta uang untuk membaca tulisan berbobot yang sering tak mudah dicerna, tapi kaya makna dan ilmu.Â
Catatlah kata-kata dan ungkapan menarik yang tersua dalam karya (sastra) bermutu tersebut. Coba gunakan dalam karya-karya Anda.Â
Ketiga, berani menggunakan diksi yang tak banal.