Betapa tidak, siapa yang akan menangani saja masih akan dibahas. Kemungkinan, MTN akan dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Â
Nadiem Makarim mengatakan, "Dari sisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menurut kami, ini gerakan untuk membina dan mengapresiasi talenta secara skala nasional merupakan hal yang penting." (23/12/2019).
Sayangnya, bagaimana gambaran MTN ini masih samar-samar. Agak janggal untuk sebuah program yang digadang-gadang akan membawa perubahan.
"Buat Anak Kok Coba-Coba?
Jujur, pembentukan Manjemen Talenta Nasional sedikit terlambat. Selama ini pemerintah kita, bahkan jauh sebelum Jokowi menjabat presiden, terlalu sibuk dengan gonta-ganti kurikulum.
Anak-anak Indonesia selalu saja jadi kelinci percobaan aneka kurikulum yang entah disusun demi kepentingan (si)apa. Kalimat yang dipopulerkan sebuah iklan kiranya dapat menggambarkan situasi ini, "Buat anak kok coba-coba?"
Tak kurang, Nadiem Makarim sang menteri baru pun langsung gatal untuk mengusulkan gagasan baru bagi anak-anak Indonesia. Ujian nasional akan diganti dengan sistem baru. Akankah berdampak baik? Kita belum tahu. Yang pasti, lagi-lagi anak-anak Indonesia jadi kelinci percobaan tiap kali pergantian menteri pendidikan.Â
Lantas, di mana posisi Manajemen Talenta Nasional nanti? Akankah terintegrasi dengan visi, misi, dan program Kemendikbud? Ataukah ini semacam program sensasional yang akan hangat-hangat tahi ayam? Setelah periode Jokowi-Ma'ruf usai, akankah berlanjut? Siapa yang menjamin keberlanjutannya nanti?Â
Miskin Grand Design
Tanpa bermaksud mencela terobosan pemerintah soal Manajemen Talenta Nasional, kita patut khawatir bahwa MTN ini akan senasib dengan program pemerintah di sektor pendidikan yang kaya jargon tapi miskin grand design.
Grand design yang seharusnya kita miliki adalah semacam GBHN di sektor pendidikan, yang disepakati aneka pihak dan berlaku dalam kurun waktu yang cukup panjang.