Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alih-alih "Scroll" Instagram dan FB Unfaedah, Lakukan 7 Hal Ini

7 Oktober 2019   20:42 Diperbarui: 7 Oktober 2019   20:49 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relintas Salatiga peduli kaum miskin-dok Kompasianer Bambang Setyawan

Siapa yang tiap hari hobi scroll atau menggulir unggahan di Instagram dan Facebook?  Pernah menghitung berapa menit atau jam Anda habiskan untuk menggulir medsos?

Saya sendiri (yang tak mengikuti ratusan akun dan punya ribuan "teman" di dunia maya) sudah habiskan banyak waktu menggulir Insta dan FB. Saya tak bisa bayangkan, berapa banyak waktu yang dihabiskan generasi milenial untuk "scroll" Instagram dan FB tiap harinya.

Alih-alih menggulir Instagram dan Facebook tanpa ujung dan percuma, kita bisa lakukan 7 hal positif ini:

1. Menyaring Akun yang Pantas Diikuti

Sebenarnya menggulir Instagram dan Facebook tak selamanya buruk. Tergantung pada apa unggahan yang kita baca. Kalau cuma pameran gaya hidup mewah para artis dan iklan, apa yang bisa kita petik? Bukankah cuma gaya hidup konsumtif?

Beda jika kita meluangkan waktu untuk membaca tulisan di akun dan teman Instagram dan FB yang bermutu. Maka, fokuskan untuk mengikuti akun Instagram dan Facebook yang menyajikan konten bermutu. 

Berhentilah mengikuti akun-akun tak bermanfaat (istilahnya kerennya "unfaedah"). Akun-akun gosip, penyebar ujaran kebencian, penyebar hoaks harusnya segera masuk daftar hitam kita.

2. Membaca Tulisan Bermanfaat

Alih-alih sibuk menggulir tanpa akhir, mari membaca tulisan bermanfaat. Tulisan bermanfaat bisa kita temukan di banyak sumber dan tempat: daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).

Sumber luring mencakup buku, majalah, koran, makalah yang bisa juga kita akses tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Cukup datang ke perpustakaan. Bisa pinjam dari saudara dan teman. Boleh numpang baca di toko buku terdekat. Bisa pula saling pinjam-meminjam dengan sistem berbagi buku (book sharing).

Tulisan daring yang bermanfaat dapat kita temukan di surat kabar, majalah, jurnal, dan perpustakaan daring. Membaca blog seperti Kompasiana juga bermanfaat. NB: Bos dan admin Kompasiana pasti bahagia membaca tulisan saya barusan :)

3. Menulis secara Serius

Selama ini kita juga sudah menulis, tapi kebanyakan tak serius. Menulis di buku harian, menulis hal-hal receh unfaedah di media sosial pribadi, dan lain-lain.

Mengapa tak mulai menulis secara serius. Bukan berarti menulis sambil cemberut. Bukan pula dilarang menulis humor. Maksudnya, menulis secara serius adalah menulis dengan tujuan untuk dibaca publik. Syukur-syukur mendatangkan keuntungan material dan non-material bagi kita.

Ada banyak sekali lomba penulisan yang diadakan di Indonesia. Informasinya bisa didapatkan dengan mudah secara daring dan luring. Ada ratusan media massa cetak dan daring yang siap menerima naskah bermutu kita. Ada banyak blog keroyokan (misalnya Kompasiana) maupun pribadi yang bisa menjadi tempat penampungan naskah kita.

Ada beragam jenis tulisan yang bisa kita anggit untuk diunggah bagi publik: dari fiksi sampai kisah nyata mengiris hati, dari opini sampai puisi.

Singkat cerita, mulailah menulis secara serius alih-alih memboroskan tenaga dan waktu dengan menggulir Instagram dan FB tanpa ujung.

4. Mengikuti dan Memulai Aksi Peduli Lingkungan

Anak muda zaman now kebangetan kalau tidak tahu Greta Thunberg. Gadis belia ini sudah jadi perintis tren (trendsetter) bagi anak-anak muda dunia dalam upaya melestarikan bumi. 

Kiprah Greta bisa dibaca dalam tulisan saya ini di sini. 

Nah, Indonesia penuh dengan masalah lingkungan. Sampah plastik sekali pakai, polusi akibat kendaraan pribadi, kebakaran hutan dan lahan, dan kroni-kroninya perlu kita tanggapi dengan aksi nyata.

Ada beberapa kelompok swadaya masyarakat yang sudah punya program rutin di banyak kota terkait kepedulian lingkungan. Kelompok-kelompok ini sebagian dipimpin dan dikelola oleh anak-anak muda. Tentunya, kelompok-kelompok ini memerlukan relawan. 

Greenpeace Indonesia
Greenpeace Indonesia
Jika tak atau belum tertarik bergabung dengan kelompok yang sudah ada, bisa juga melakukan aksi mandiri peduli lingkungan. Ajak sobat-sobat se-RT/RW, kampung, apartemen, selokasi tempat ibadah untuk bebersih lingkungan di akhir pekan dan hari libur.

Ada beragam aksi yang bisa kita lakukan: memungut sampah sambil berolah raga dan berswafoto, bebersih selokan-sungai-pantai-danau, membuat tempat sampah dengan konsep pemilahan sampah, menanam pohon dan bunga, pertanian kota, pertamanan vertikal, dan sebagainya. 

Nah, alih-alih menggulir Instagram dan FB tanpa manfaat, mari bergabung dengan aksi peduli lingkungan. Setelah bebersih lingkungan, barulah pajang foto dan video di medsos!

5. Mengikuti dan Memulai Aksi Peduli Kaum Miskin

Selain peduli pada isu lingkungan, ada banyak juga kelompok swadaya masyarakat yang peduli pada isu kaum miskin. Biasanya kelompok swadaya ini berbasis keagamaan. Juga tiap organisasi keagamaan punya sayap organisasi yang bergerak di bidang bantuan sosial. Nah, mengapa tidak bergabung dengan kelompok-kelompok peduli kaum miskin?

Relintas Salatiga peduli kaum miskin-dok Kompasianer Bambang Setyawan
Relintas Salatiga peduli kaum miskin-dok Kompasianer Bambang Setyawan
Jika tidak, bisa juga memulai aksi peduli kaum miskin alih-alih sibuk bergawai dan menggulir tanpa hasil. Ajak kerabat dan sahabat mengumpulkan atau menjual barang bekas pantas pakai untuk disalurkan pada panti asuhan, panti jompo, dan lembaga sosial terdekat. 

Cari tahu apakah di sekitar tempat tinggal Anda ada fakir miskin, kaum difabel, dan orang-orang yang memerlukan bantuan. Gunakan media sosial untuk menggalang kepedulian dan donasi. Sampaikan aspirasi pada pihak berwenang agar ada bantuan bagi kaum miskin di sekitar kita.

6. Mengikuti dan Memulai Aksi Pencerdasan Bangsa

Mencerdaskan bangsa adalah tanggung jawab kita semua. Ada beragam aksi pencerdasan bangsa yang bisa kita lakukan, mulai dari lingkup keluarga dan lingkungan sekitar. Alih-alih bergawai ria, kita bisa mengikuti dan memulai aksi-aksi pencerdasan bangsa.

Taman Baca Bunga Kertas- Kompasianer Rin Muna
Taman Baca Bunga Kertas- Kompasianer Rin Muna
Contohnya, mengembangkan budaya membaca melalui pendirian taman baca dan perpustakaan gratis bagi warga. Tak harus memiliki ruangan khusus. Taman baca bisa dibuat dengan model dapat dipindah atau sistem berbagi buku. 

Saya yakin, ada cukup banyak penerbit, donatur serta aparatur pemerintah siap membantu inisiatif pendirian taman baca. Asalkan ada pengurus yang serius dan bersemangat, semua bisa diwujudkan perlahan-lahan dengan doa dan usaha.

Contoh lain adalah mengembangkan kampung dan lingkungan cerdas. Dulu (entah bagaimana sekarang) ada jam belajar masyarakat. Saya pernah membaca, satu kampung sepakat untuk tidak menggunakan gawai pada jam-jam tertentu. Waktu belajar masyarakat itu digunakan sungguh untuk membiasakan warga membaca, mengadakan pelatihan keterampilan, belajar kelompok, dan sebagainya. 

7.  Belajar Bahasa Daerah dan Asing

blog.unnes.ac.id
blog.unnes.ac.id
Saat ini, bahasa daerah banyak yang terancam punah. Kita patut malu, justru banyak orang asing belajar bahasa kita dan bahasa-bahasa daerah Nusantara. Wahai, warga Indonesia nan kaya bahasa, alih-alih boros waktu bermedsos tanpa guna mari pelajari bahasa-bahasa daerah kita!

Selain itu, saat ini kemampuan berbahasa asing amat penting. Bahasa Inggris bahkan sudah tak cukup lagi. Zaman kiwari, orang yang (mau) sukses dan cerdas harus tahu makin banyak bahasa-bahasa asing utama dunia. Saya sarankan, sediakan waktu Anda untuk belajar bahasa-bahasa asing yang penting, seperti bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Spanyol, Perancis, dan Jerman. 

Kita bisa manfaatkan video bermutu di Youtube, aneka situs dan ribuan aplikasi untuk belajar bahasa yang tersedia gratis! Alih-alih gulir sampai guling-guling, pelajarilah bahasa asing yang penting.

Wasana Kata

Scroll dan scroll berjam-jam tanpa manfaat jelas bukanlah hal positif yang membuat diri kita dan bangsa ini makin maju. Sayangnya, arus utama warganet kita adalah pemborosan waktu dengan gulir tanpa akhir, terutama untuk kepoin hal-hal receh unfaedah.

Berani melawan arus? Tiga Mulai melawan gulir tanpa guna:

1. Mulailah sekarang juga,

2. Mulailah dari diri sendiri, dan 

3. Mulailah dari hal sederhana yang bisa kita buat.

Salam Indonesia cerdas! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun