3. Menulis secara Serius
Selama ini kita juga sudah menulis, tapi kebanyakan tak serius. Menulis di buku harian, menulis hal-hal receh unfaedah di media sosial pribadi, dan lain-lain.
Mengapa tak mulai menulis secara serius. Bukan berarti menulis sambil cemberut. Bukan pula dilarang menulis humor. Maksudnya, menulis secara serius adalah menulis dengan tujuan untuk dibaca publik. Syukur-syukur mendatangkan keuntungan material dan non-material bagi kita.
Ada banyak sekali lomba penulisan yang diadakan di Indonesia. Informasinya bisa didapatkan dengan mudah secara daring dan luring. Ada ratusan media massa cetak dan daring yang siap menerima naskah bermutu kita. Ada banyak blog keroyokan (misalnya Kompasiana) maupun pribadi yang bisa menjadi tempat penampungan naskah kita.
Ada beragam jenis tulisan yang bisa kita anggit untuk diunggah bagi publik: dari fiksi sampai kisah nyata mengiris hati, dari opini sampai puisi.
Singkat cerita, mulailah menulis secara serius alih-alih memboroskan tenaga dan waktu dengan menggulir Instagram dan FB tanpa ujung.
4. Mengikuti dan Memulai Aksi Peduli Lingkungan
Anak muda zaman now kebangetan kalau tidak tahu Greta Thunberg. Gadis belia ini sudah jadi perintis tren (trendsetter) bagi anak-anak muda dunia dalam upaya melestarikan bumi.Â
Kiprah Greta bisa dibaca dalam tulisan saya ini di sini.Â
Nah, Indonesia penuh dengan masalah lingkungan. Sampah plastik sekali pakai, polusi akibat kendaraan pribadi, kebakaran hutan dan lahan, dan kroni-kroninya perlu kita tanggapi dengan aksi nyata.
Ada beberapa kelompok swadaya masyarakat yang sudah punya program rutin di banyak kota terkait kepedulian lingkungan. Kelompok-kelompok ini sebagian dipimpin dan dikelola oleh anak-anak muda. Tentunya, kelompok-kelompok ini memerlukan relawan.Â