Batik Truntum, Tuhan Maha Kasih, dan Kebhinnekaan
Membangun keharmonisan rumah-tangga tidaklah mudah. Ada kalanya hubungan suami dan istri menjadi renggang. Di saat kritis seperti itu, masing-masing pihak diajak untuk sejenak menyepi, merenung, dan mendekatkan diri pada Tuhan, seperti yang dilakukan Ratu Kencono.Â
Dalam keheningan dan berkat tuntunan Hyang Ilahi, Ratu Kencono menghasilkan batik truntum nan memesona. Demikian dahsyat pesonanya sehingga sang suami kembali menyadari cinta sejati pada sang permaisuri.Â
Proses kerukunan dua insan ini terjadi tanpa harus disertai kekerasan. Harmoni dicapai lewat kelembutan dan cinta-kasih.
Demikian pula, harmoni antara umat beragama di negeri bhinneka Indonesia dapat dicapai lewat tegur-sapa lembut, tanpa kekerasan dalam wujud apa pun.Â
Persaudaraan telah, sedang, dan akan terpelihara di antara kita, penganut agama dan kepercayaan yang beraneka di Nusantara tercinta jika kita menyadari bahwa kita semua sama-sama insan yang diciptakan Tuhan Maha Kasih.Â
Kita semua bersaudara. Sebagai saudara, tak elok melukai satu sama lain dengan ujaran kebencian dan permusuhan.Â
Mari kita ingat makna mendalam batik truntum, simbol cinta-kasih dan harmoni antara sesama insan ciptaan Tuhan...
Rujukan: