Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosok Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo yang Diangkat Jadi Kardinal

1 September 2019   22:25 Diperbarui: 1 September 2019   22:59 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahun 2017, Kardinal Yustinus (ketiga dari kiri) dan Mgr Ignatius (kedua dari kiri)-mirifica.net

Sosok Ignatius Suharyo yang Melayani dengan Rendah Hati

Bagi orang-orang yang mengenalnya, Monsignor Ignatius Suharyo atau Monsinyur Haryo, adalah sosok gembala yang berwawasan luas, rendah hati,  dan mahir menyampaikan pesan.

Khotbah, kuliah, dan ceramah beliau sajikan dengan bahasa sederhana. Beliau amat piawai menuturkan pesan melalui kisah-kisah inspiratif yang menggugah. Siapa pun yang mendengarkan khotbah dan ceramah beliau dibuat terpesona oleh kekayaan wawasan dan kemahiran menyampaikan pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Sebuah kisah yang pernah beliau sampaikan kurang lebih demikian:

Seorang pemuda bersemangat mencari ramuan yang bisa mengubah air garam menjadi air tawar untuk mengatasi krisis air minum dan air tawar di dunia. Pemuda ini mendapat kabar, ada seorang guru bijaksana di puncak gunung yang mengetahui ramuan itu. 

Demi menyelamatkan jutaan orang dengan ramuan bermanfaat itu, si pemuda ini datang ke kaki gunung itu. Seorang warga desa memberitahu bahwa ketika berjumpa si guru bijaksana, hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja.

Saat mendaki gunung, si pemuda berkata dalam hati, "Ah, mudah sekali. Ketika bertemu sang guru nanti, aku akan bertanya bagaimana cara mengubah air laut jadi air tawar untuk menyelamatkan banyak orang dari kehausan dan kekeringan."

Sesampainya di puncak gunung, si pemuda mengetuk pintu pertapaan si guru bijaksana. Pintu segera dibukakan oleh sang guru kebijaksanaan. Si pemuda terkejut, ternyata guru kebijaksanaan itu bukan seorang pria tua. Sebaliknya, sang guru bijaksana adalah seorang gadis jelita.

Sang guru bijaksana lantas bertanya pada si pemuda, "Apa satu pertanyaanmu yang pasti akan saya jawab?"

Sang pemuda yang telanjur terpesona ini bertanya, "Apakah guru bijaksana mau menikah dengan hamba?".

Saat berwawan hati dengan para imam dan calon imam sewaktu masih bertugas sebagai Uskup Agung Semarang, beliau biasanya menggunakan bahasa Jawa halus (kromo inggil) sebagai tanda hormat pada lawan bicara. Ini sesuatu yang bagi orang Jawa pada khususnya amat menunjukkan kerendahan hati. Pasalnya, bisa saja beliau sebagai uskup dan seorang yang terhormat menggunakan bahasa Jawa "level biasa" atau ngoko, misalnya saat berbicara dengan para calon imam yang jauh lebih muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun