Facebook dan Instagram adalah dua media sosial dengan jumlah pengguna yang amat fantastis. Tahun 2019 ini, menurut data statista.com Facebook memiliki 2,41 miliar pengguna. Facebook adalah media sosial dengan jumlah pengguna terbesar di dunia.
Indonesia menempati peringkat keempat negara pengguna Facebook terbanyak di dunia dengan menyumbang 6 persen pengguna.Â
Sementara itu, menurut blog.statusbrew.com, Instagram memiliki lebih dari 1 miliar pengguna. Perusahaan Facebook dalam laporan resmi terakhirnya melaporkan bahwa 2,7 miliar pengguna setiap bulannya menggunakan setidaknya salah satu dari empat "produk utama" Facebook Inc: Facebook. WhatsApp, Instagram, atau Messenger.Â
Facebook, Instagram, Aneka Medsos dan Generasi Nunduk
Era 1990-an, saat ponsel dan media sosial belum menjamur, orang bertegur sapa dengan lebih akrab di tempat-tempat umum. Anggota keluarga lebih sering berinteraksi langsung di rumah dan luar rumah, ngobrol dan melakukan aktivitas bersama. Kini generasi modern adalah generasi menunduk.Â
Di bus dan kereta menunduk. Di rumah, di jalan menunduk, sampai-sampai menabrak tiang, tertabrak kendaraan atau menubruk orang. Kita pelan-pelan telah tunduk pada Facebook, Instagram, dan aneka medsos dan aplikasi di ponsel kita.Â
Penyebab kita kecanduan Facebook, Instagram, dan gawai adalah ketakutan untuk tidak update. Bahasa Inggrisnya "Fear of Missing Out" alias FOMO. Kita takut bahwa kita tak tahu apa yang sedang tren di media sosial. Kita takut ketinggalan update berita artis (padahal, itu gak penting!).Â
Kita takut dianggap nggak update gegara satu jam saja tak berselancar di internet. Padahal, hidup kita juga akan baik-baik saja bila tak rajin update status atau tak rajin baca update status teman di dunia maya.Â
Alibat dari FOMO, interaksi sosial, saling sapa, ngobrol di rumah sendiri, di kantor, di warkop, di stasiun, di terminal, di dalam bus dan kereta jadi barang langka. Masing-masing asyik dengan ponsel dan medsosnya.Â
Tentu saja, tak berarti ponsel dan medsos semacam Facebook, Instagram, Whatsapp harus benar-benar dibenci. Penggalangan dana, usaha daring, publikasi kegiatan dan syiar keagamaan, serta jutaan kegiatan positif makin bisa berdampak luas berkat Facebook, Instagram, dan kawan-kawannya.Â
Hanya saja, kita sendiri perlu sadar, kebahagiaan hidup kita tak bisa dicapai hanya dengan menjadi generasi nunduk. Bahkan, kita harus kritis melawan candu Facebook, Instagram, dan gawai.Â