Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Tiga Alasan Memilih Caleg Milenial, Bukan Caleg Zaman Old

13 Maret 2019   16:42 Diperbarui: 14 Maret 2019   07:46 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pencalonan ini, selain dari motivasi saya sendiri, juga karena dorongan dari teman-teman petani, terutama petani muda, karena saya adalah koordinator Petani Muda se Kabupaten OKU Timur," ujar Edi.

Menilai caleg milenial

Lihatlah energi para caleg milenial. Mereka punya idealisme khas anak muda dan bekerja untuk mewujudkan idealisme itu. Mereka adalah kaum muda yang haus akan perwujudan diri, tak seperti caleg zaman old yang mencalonkan diri, antara lain, hanya untuk melanggengkan kekuasaan saja karena sudah menikmati manisnya tahta.

Energi para caleg milenial ini nicaya akan mereka curahkan bila mereka lolos ke parlemen nanti. Di tingkat nasional, ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan anggota DPR. 

Ada banyak RUU penting yang harus dibahas, misalnya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dan RUU Ekonomi Kreatif. Bukankah selama ini, RUU-RUU itu banyak yang terbengkalai karena rendahnya kinerja caleg zaman old? Caleg zaman old biasanya sibuk mengurus partai dan bisnis pribadi dibanding menghadiri rapat demi rakyat.

Selain itu, kita perlu RUU yang memajukan generasi muda dalam berbisnis, menimba ilmu dan keterampilan. Caleg milenial tentu paham UU baru apa yang diperlukan generasi muda.

Memilih caleg milenial yang penuh energi jadi salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja DPR masa depan sekaligus memajukan generasi muda.

Mari kita ingat kata-kata Bung Karno:

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. 

Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun