Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Melihat 3 "Kesamaan" Pesawat Ethiopian yang Jatuh dengan JT610

10 Maret 2019   20:43 Diperbarui: 11 Maret 2019   09:38 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Turut berdoa dan berduka cita atas berpulangnya 149 penumpang dan 8 kru pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh hari ini (10/3/2019) di Ethiopia. Pesawat itu berjenis Boeing 737 Max-8. 

Jatuh 6 menit setelah lepas landas

Pesawat yang dalam perjalanan dari ibukota Ethiopia ke Kenya itu jatuh hanya 6 menit setelah lepas landas. Pilot dilaporkan sempat meminta izin pada menara pengawas untuk kembali ke landasan.

Pesawat itu jatuh dan menimbulkan ledakan saat terhempas ke tanah. Seluruh penumpang dan kru meninggal dunia. Dikabarkan kompas.com, ada seorang WNI yang ikut jadi korban.

Google-BBC.com
Google-BBC.com
Tipe pesawat yang sama dengan Lion JT610

Sebuah fakta menarik mencuat. Pesawat yang jatuh di Ethiopia hari ini bertipe sama dengan Lion JT610 yang jatuh di Laut Jawa, akhir Oktober 2018 lalu. JT610 jatuh ke perairan Karawang setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Rute terakhir yang ditempuh pesawat Lion Air JT 610 (Google/FlightRadar)
Rute terakhir yang ditempuh pesawat Lion Air JT 610 (Google/FlightRadar)
Dilaporkan bahwa pilot sempat melaporkan gangguan dan meminta izin untuk kembali ke bandara asal. Naas, sebelum mendarat kembali di Soekarno-Hatta, JT610 jatuh di perairan Karawang. 189 penumpang meninggal dunia.

Tiga Kesamaan yang membuat penasaran

  1. Tipe pesawat yang jatuh sama-sama Boeing 737 Max-8. Pesawat tipe ini termasuk produksi baru. Ia diluncurkan tahun 2016 lalu.
  2. Kedua pesawat jatuh tak lama setelah lepas landas. JT610 setelah 13 menit. Ethiopian setelah 6 menit.
  3. Pilot kedua pesawat sempat meminta pulang ke landasan awal.

Sabar menanti investigasi resmi

Memang, terlalu dini menyimpulkan bahwa tipe pesawat ini rentan gangguan teknis. Terlalu gegabah mengatakan, jangan terbang dengan pesawat jenis ini.

Kita harus menanti upaya keras pihak berwajib untuk menganalisis sebab kecelakaan. Bisa saja, semua serba kebetulan. Namanya benda buatan manusia, tiada yang sempurna.

Seperti kita tahu, tak ada seorang pun yang menginginkan tragedi jatuhnya pesawat berulang terjadi. Pihak pertama yang pasti memikirkannya adalah pabrikan pembuat pesawat. Itu pasti.  

Maskapai penerbangan pun tentu memikirkan hal serupa. Ini juga pasti. Penumpang sebagai konsumen pula. Pilot dan awak pesawat pun sama. Kita semua menanti penjelasan ilmiah atas dua tragedi ini.

Saya menyarankan, kita tak cepat-cepat mengambil kesimpulan dengan data resmi yang belum tersedia secara memadai. Akan tetapi, sebagai orang awam, sangat wajar kita bertanya-tanya, apakah tiga kesamaan tadi sungguh suatu kebetulan belaka?

Salam. Semoga dunia penerbangan dunia dan Indonesia berhasil menjalankan tugasnya untuk memberi penjelasan jujur dan memadai bagi kita.

Sumber: internasional.kompas.com | nasional.kompas.com | bbc.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun