Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Mengampuni dari Pak Tukang Pijat Mantan Tapol

24 Februari 2019   05:32 Diperbarui: 27 Februari 2019   14:36 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si pasien tak mengenali lagi si tukang pijat. Maklumlah, waktu itu ada ratusan tahanan politik. Tak mungkin mengingat wajah-wajah para tahanan politik yang pernah ia siksa.

Terapi berlanjut

Meski si tukang pijat tahu bahwa pasien barunya adalah komandan tentara yang telah menyiksanya dengan keji, si tukang pijat ini sengaja tak memberitahu hal ini pada pasien istimewanya itu.

Si tukang pijat memijat si mantan komandan itu dengan kesungguhan hati untuk membantu pemulihan kesehatan si pasien.

Bahkan, terapi ia lakukan dua-tiga kali hingga si pasien istimewa itu merasa lebih baik.

Hingga akhir terapi, si pasien tidak sadar, bahwa orang yang menyembuhkannya adalah tahanan yang dulu ia siksa.

Belajar memaafkan

Memaafkan. Kata yang mudah diucapkan. Akan tetapi, betapa sulitnya memaafkan orang yang bersalah kepada kita.

Memaafkan menjadi sulit ketika kita mengingat-ingat kepahitan yang telah diakibatkan oleh kesalahan orang pada kita.

Si bapak tukang pijat memberi teladan bagaimana kita bisa memaafkan dengan tulus.

Luka-luka lama harus dilupakan. Tak ada guna mengingat-ingat kesalahan orang. Kita tak mungkin mengubah masa lalu. Seandainya bisa, mungkin orang yang bersalah pada kita pun ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah jalan cerita kehidupannya. Tapi, itu mustahil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun