Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Kita Heboh Saat Figur Publik Pindah Agama?

24 Januari 2019   18:52 Diperbarui: 28 Januari 2019   09:53 2958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita bebasnya BTP (24-1-2019) menyedot perhatian publik. Salah satu berita yang ramai diperbincangkan ialah soal rencana nikah BTP. Terkait dengan berita itu, muncul isu BTP pindah agama. Google Trend mencatat kepopuleran kata kunci pencarian "Ahok pindah agama" hingga skala 100 pada hari ini. 

trends.google.com
trends.google.com
Sementara pencarian kabar terkait calon istri BTP, Puput Nastiti Devi dengan kata kunci "Puput pindah agama" naik tajam hari ini (24-1-2019), meski sempat menurun sedikit.

trends.google.com
trends.google.com
Atlet Pindah Agama
Siapa tak kenal Lindswell Kwok, atlet wushu peraih medali emas bagi Indonesia pada ajang Asian Games 2018 (20/8/2018). Saat ia meraih medali emas, kepopuleran kata kunci "Lindswell Kwok" hanya mencapai skala 68. Sementara pada tanggal 9 Desember 2018, saat berita pindahnya Lindswell berpindah agama, kata kunci yang sama mencapai skala 100. 

trends.google.com
trends.google.com
Artis Pindah Agama
Roger Danuarta mendadak jadi nama yang dicari banyak warganet di Google pada 30 Oktober 2018 lalu. Meskipun sehari sebelumnya, mesin pencari itu disibukkan dengan kata kunci "Lion Air" selepas jatuhnya JT610 pada 29 Oktober 2018. Rupanya, pada 30 Oktober beredar kabar di beberapa situs berita bahwa Roger telah berpindah agama. 

Sementara Ovi Sovianti, yang tenar sebagai Ovi "Duo Serigala", menjadi perhatian warganet karena pindah agama. Tak seperti Lindswell Kwok dan Roger Danuarta yang menjadi mualaf, Ovi pindah keyakinan menjadi Kristen. Ovi Duo Serigala menjadi "trending topic" Google 26 Desember 2018.

trends.google.com
trends.google.com
Sekadar informasi, ada cukup banyak selebritas yang pernah jadi berita heboh karena berpindah agama. Sebut saja Bella Saphira, Willy Dozan, Pinkan Mambo, Angelina Sondakh, Asmirandah, Tamara Bleszynski, Christian Sugiono, Melly Goeslaw, Rianty Cartwright, Nafa Urbach, dan Lukman Sardi.

Bukan Hal Baru
Sejatinya fenomena pindah agama bukan hal baru dalam sejarah perkembangan masyarakat kita yang bhinneka. 

Hindu dan Buddha telah dibawa pedagang dari India ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika mereka datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi.

Candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada sekitar tahun 800 M, begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun sekitar abad yang sama. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia.

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 melalui pedagang di Gujarat, India. Islam menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi Islam di Indonesia.

Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M. 

Sebelum kedatangan agama-agama "pendatang" ini, bangsa Indonesia telah lama memiliki agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Hingga kini pun, masih cukup banyak warga negara kita yang memeluk agama dan kepercayaan "lokal" tersebut.

Sebagai keniscayaan hidup bersama sebagai bangsa, jatuh cinta pun terjadi antarpemeluk agama dan keyakinan berbeda. Sebagian pasangan memilih untuk menikah menurut satu agama tertentu, sebagian lain memilih untuk menghayati agama dan keyakinan masing-masing setelah menikah.

Mengapa Kita Heboh Saat Idola Pindah Agama?
James W. Fowler dalam bukunya yang tersohor, Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for Meaning, San Francisco: Harper & Row, 1981, membagi tahap-tahap perkembangan iman menjadi tujuh. Dalam uraian ini, saya hanya akan menyinggung empat tahap pertama saja:

1. Intuitif-Proyektif
Tahap ini dialami anak-anak prasekolah yang kerap mencampur-adukkan fantasi dan kenyataan. Selama tahap ini, gagasan yang kita miliki tentang Tuhan kita terima dari orangtua dan atau masyarakat.

2. Mitis-Literal
Saat anak-anak mulai bersekolah, mereka mulai memahami dunia secara logis. Mereka umumnya menerima kisah yang diceritakan pada mereka oleh komunitas beriman, namun cenderung memahami kisah -kisah itu secara sangat harfiah. Sejumlah kecil orang tetap bertahan di tahap ini walau sudah berusia dewasa.

3. Sintetis-Konvensional
Kebanyakan orang berpindah ke tahap ini saat masa remaja. Pada tahap ini, orang mulai memiliki sejumlah lingkaran sosial. 

Pada tahap ini, orang cenderung mengalami kesulitan untuk melihat di luar dunia mereka dan tidak menyadari bahwa mereka ada "di dalam" suatu sistem kepercayaan. Pada tahap ini, otoritas biasanya disematkan pada pribadi-pribadi atau kelompok yang mewakili kepercayaan seseorang. Inilah tahap di mana banyak orang berhenti bertumbuh.

4. Individuatif-Reflektif
Tahap ini adalah tahap yang sulit. Tahap ini sering dimulai pada masa dewasa muda, saat orang mulai melihat di luar kotaknya dan menyadari bahwa ada kotak-kotak yang lain. Mereka mulai secara kritis memeriksa kepercayaan mereka.

www.slideshare.net
www.slideshare.net
Banyak orang, mungkin kita juga termasuk di dalamnya, sulit maju dari tahap ketiga ke tahap keempat. Dalam tahap ketiga, otoritas biasanya kita sematkan pada pribadi atau kelompok yang mewakili kepercayaan kita. Siapa pribadi atau kelompok yang mewakili kepercayaan kita? Bisa jadi para artis idola kita. 

Ketika artis idola pindah agama ke agama lain, kita kehilangan figur yang dapat mewakili kepercayaan kita. Akibatnya, kita jadi kecewa. Lebih parahnya, kita lantas mencela artis idola yang pindah ke agama lain. Sebaliknya, orang-orang agama lain bersuka-ria mendengar kabar artis masuk agama mereka. Mengapa? Karena mereka mendapat figur publik alias influencer yang kemudian menjadi wakil (representasi) kepercayaan mereka. 

Heboh Bisa Jadi Tanda Iman Belum Matang
Memang sah-sah saja orang heboh membicarakan artis atau idola yang pindah agama. Akan tetapi, kita perlu bercermin diri. Bisa jadi kehebohan kita adalah tanda bahwa iman kita belum matang. 

Kegemparan kita bisa menjadi tanda bahwa pertumbuhan iman kita mandek di tahap ketiga! Kita sibuk mencari figur-figur publik untuk mengatakan "agamaku paling benar", tapi kita sendiri tidak bertumbuh dalam iman, misalnya dengan makin rajin beribadah, berbuat baik, menghargai orang lain tanpa membeda-bedakan SARA.

Alih-alih sebagai pendorong menambah ibadah dan amal, bukankah tak jarang kita memanfaatkan berita artis idola pindah agama untuk mengejek orang beragama lain di medsos? "Lihat, artis aja pindah ke agamaku, berarti agamaku yang paling benar!" Bukankah pernyataan semacam ini yang muncul di benak kita?

Benar menurut Anda bukan berarti benar menurut orang lain. Iya, khan? 

Hemat saya, artis pindah agama itu urusan pribadi masing-masing. Tak perlu larut dalam euforia heboh sesaat. Lebih baik menambah ibadah masing-masing, lebih rajin menyumbang dan menolong orang miskin, lebih hormat dan sopan bermedsos. 

Isu Agama, "Digoreng" Terus untuk Politik
Gejala kehebohan kita saat ada artis idola pindah agama sejatinya terkait pula dengan isu politisasi agama akhir-akhir ini. Saya sarankan Anda membaca pendapat Profesor Sunyoto Usman, Profesor Sosiologi dari Universitas Gajah Mada berikut ini. 

Sunyoto menjelaskan bahwa saat ini, lebih dari sebelumnya, berita terkait dengan agama akan selalu menjadi bahan pembicaraan menarik di masyarakat. 

"Ini mungkin juga bisa disambungkan dengan politisasi agama. Dulu ketika tidak ada isu politisasi agama, orang bereaksi biasa saja dengan berita-berita terkait agama," 

"Politisasi agama muncul ketika isu agama digunakan terus menerus sebagai bahan kampanye. Tak cuma soal pindah agama, masyarakat sangat tertarik dengan identitas agama para politikus dan selebritas. 

Tak jarang, kata pencarian populer terkait tokoh tertentu adalah bukan soal prestasinya, tapi soal agamanya. Pencarian "Susi Pudjiastuti" dalam setahun terakhir misalnya, akan menghasilkan delapan pencarian terkait, tiga di antaranya adalah tentang agama. Ini terjadi, karena "masih banyak pemilih yang tidak rasional, tapi memilih berdasarkan ikatan primordial," kata Profesor Sunyoto. "Isu agama digunakan terus menerus karena itulah isu yang paling gampang dicerna. Agama, adat, dan popularitas dipakai untuk memikat pemilih yang masih banyak merupakan pemilih tradisional," kata dia.

Mari Bercermin
Nah, yuk kita bercermin diri: Apakah aku masih tergolong pemilih tradisional, yang memilih pejabat publik bukan karena mutu dan rekam jejaknya sebagai politisi, tapi melulu karena ia seagama, sesuku, segolongan denganku? 

Saya pribadi memiliki keyakinan bahwa memilih pejabat publik itu seharusnya dibedakan dengan memilih pemimpin lembaga agama. Saya Katolik. Tapi hal itu tak otomatis saya akan hanya memilih calon pejabat Katolik. Apa gunanya saya pilih caleg seagama tapi nyatanya ia bermental koruptor? Nah, paham kan maksud saya?

Jadi, saran saya, jangan mau digiring oleh politisasi agama. Mari lebih cerdas beragama dan bernegara. Tak perlu larut dalam euforia saat seorang artis idola pindah agama Anda. Bisa jadi, ia pindah agama lagi dan membuat Anda kecewa. Iman sejati tak tergantung berapa banyak artis idola pindah ke agama Anda. Setuju? 

---

Kenapa Kabar Perpindahan Agama Seseorang Selalu Menarik Perhatian? 
10 Artis Pindah Agama, Ada yang Dua Kali Pindah Keyakinan! 
Baca tulisan saya di: https://www.kompasiana.com/bobby18864.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun