Mohon tunggu...
Bobby Andhika
Bobby Andhika Mohon Tunggu... -

Profesional bisnis perkapalan, pecinta sejarah dan pemerhati masalah sosial. Pernah menduduki jabatan CEO di beberapa perusahaan perkapalan nasional dan internasional. Sekarang tinggal di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Penculikan di Filipina

1 Agustus 2016   14:15 Diperbarui: 1 Agustus 2016   14:44 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Somalia yang terjadi adalah pembajakan, sedangkan di Filipina penculikan. Tahu bedanya kan? Kalau dibajak sekapal-kapalnya, kalau diculik, ya crew-nya saja yang diambil dan dibawa ke suatu tempat yang tersembunyi.

Somalia bisa dibilang a failed state, pemerintahnya sudah angkat tangan berkaitan dengan pembajakan yang terjadi karena kelompok ini adalah kelompok bersenjata yang begitu kuat hasil perang saudara yang berkepanjangan.

Sedangkan Filipina adalah negara dengan pemerintahan dan militer yang cukup kuat dengan dukungan Amerika Serikat.

Di Somalia, sudah ada prosedur yang jelas untuk menghindari pembajakan. Ada banyak armada angkatan laut dari beberapa negara berpatroli di sana.

Kapal yang mau lewat diberikan pilihan, ikut convoy yang dikawal oleh kapal angkatan laut, menempatkan petugas keamaan swasta dengan senapan mesin di atas kapal atau berlayar jauh dari garis pantai dengan tetap memasan pengaman seperti kawat besi dan lain sebagainya.

Dulu kapal milik perusahaan saya bekerja pernah berencana lewat perairan Somalia, yang merupaka rute tercepat untuk ke Eropa melalui Terusan Suez. Sebagai pimpinan saya memutuskan untuk menggunakan tenaga keamanan swasta ditambah dengan pengaman-pengaman tambahan. Karena menunggu convoy terlalu lama setelah kapal tiba di tempat berkumpul, sehingga secara komersial merugikan.

Di Filipina, crew yang diculik, berasal dari kapal tunda atau Tug Boat yang berjalan sangat pelan sambil menarik tongkang dengan tinggi palka yang sangat rendah dibandingkan kapal-kapal besar. Sehingga sangat mudah untuk kelompok bersenjata mengejar dan naik ke atas kapal.

Kapal tunda dengan design dan mesin yang ada tidak memiliki pilihan untuk berlayar terlalu jauh dari garis pantai.

Saya tidak tahu prosedur tetap apa yang sudah digariskan oleh Departemen Perhubungan, TNI Angkatan Laut dan Bakamla berkaitan dengan hal ini, namun penculikan yang sudah berkali-kali dilakukan, mengesankan hampir tidak ada prosedur pengamanan yang jelas.

Pada saat membaca Panglima TNI berkata, “Sekarang, biarkan saja Filipina mati lampu. Kan 96 persen batubara Filipina dari kita, kok” terlihat sedikit ke-frustasian karena semua penculikan terjadi di wilayah sebuah negara berdaulat yang menurut hukum internasional tidak bisa dimasuki oleh TNI.

Pembicaraan pasti telah dilakukan, namun penculikan tetap saja terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun