Mohon tunggu...
Bobby Andhika
Bobby Andhika Mohon Tunggu... -

Profesional bisnis perkapalan, pecinta sejarah dan pemerhati masalah sosial. Pernah menduduki jabatan CEO di beberapa perusahaan perkapalan nasional dan internasional. Sekarang tinggal di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Money

Salah kaprah “Tol Laut”

10 Juni 2015   16:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita salah kaprah, dan terlalu bersemangat dengan kesalah-kaprahan tersebut, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan program “Tol Laut” yang sekali lagi digadang-gadang sebagai program andalan Pak Presiden untuk menekan biaya logistik di Indonesia yang terkenal cukup tinggi di dunia?

Rule of Thumb-nya jelas, rumus sederhana bagi para pelaku bisnis maritim di seluruh dunia. Untuk mendapatkan biaya yang efektif dan efisien, jalur perdagangan yang dilalui haru memiliki skala/volume yang cukup di kedua titiknya (pulang dan pergi), sehingga bisa digunakan kapal dengan jenis dan ukuran yang efektif dan efisien.

Sederhananya, kalau memang berdasarkan data statistik jumlah barang antara Lampung dan Surabaya cukup besar, para ahli terkait bisa melihat apakah barang-barang tersebut bisa di-“kontainerisasi”? Kalau bisa, kenapa tidak menggunakan kapal kontainer berkapasitas besar melayani rute tersebut yang bisa mengangkut (tentu saja) jauh lebih besar dari 200 boxes sekali jalan.

Kalau Pak Jonan “terkaget-kaget” melihat besarnya kapal Ro-Ro yang memiliki kapasitas 200 truk, mudah-mudahan beliau bisa menahan diri pada saat melihat kapal kontainer raksasa berkapasitas hampir 20,000 TEUS dengan panjang 400 meter.

Tentu kapal di atas tidak bisa dipakai di Panjang maupun Tanjung Perak bahkan Tanjung Priok karena keterbatasan kedalaman laut, fasilitas jetty dan volume yang belum layak.

Tetapi itu sekedar gambaran kenapa harga pengiriman kontainer ke dari Tanjung Priok ke Sorong bisa lebih mahal dari harga pengiriman kontainer dari Singapore ke Rotterdam.

Selamat bekerja Bapak-bapak, saya yakin Bapak-bapak sangat mengerti apa yang harus dilakukan, cuma kurangi sedikit saja pencitraan yang membingungkan, sehingga saya yang tidak tahu apa-apa pun sampai harus berkata “Salah Kaprah”…. 

Seperti kata orang Jawa jaman Majapahit dulu… My apologies in advance kalau ada salah kaprah, salah arah, salah pendapat, salah baca dan salah data…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun