Kalau kita salah kaprah, dan terlalu bersemangat dengan kesalah-kaprahan tersebut, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan program “Tol Laut” yang sekali lagi digadang-gadang sebagai program andalan Pak Presiden untuk menekan biaya logistik di Indonesia yang terkenal cukup tinggi di dunia?
Rule of Thumb-nya jelas, rumus sederhana bagi para pelaku bisnis maritim di seluruh dunia. Untuk mendapatkan biaya yang efektif dan efisien, jalur perdagangan yang dilalui haru memiliki skala/volume yang cukup di kedua titiknya (pulang dan pergi), sehingga bisa digunakan kapal dengan jenis dan ukuran yang efektif dan efisien.
Sederhananya, kalau memang berdasarkan data statistik jumlah barang antara Lampung dan Surabaya cukup besar, para ahli terkait bisa melihat apakah barang-barang tersebut bisa di-“kontainerisasi”? Kalau bisa, kenapa tidak menggunakan kapal kontainer berkapasitas besar melayani rute tersebut yang bisa mengangkut (tentu saja) jauh lebih besar dari 200 boxes sekali jalan.
Kalau Pak Jonan “terkaget-kaget” melihat besarnya kapal Ro-Ro yang memiliki kapasitas 200 truk, mudah-mudahan beliau bisa menahan diri pada saat melihat kapal kontainer raksasa berkapasitas hampir 20,000 TEUS dengan panjang 400 meter.
Tentu kapal di atas tidak bisa dipakai di Panjang maupun Tanjung Perak bahkan Tanjung Priok karena keterbatasan kedalaman laut, fasilitas jetty dan volume yang belum layak.
Tetapi itu sekedar gambaran kenapa harga pengiriman kontainer ke dari Tanjung Priok ke Sorong bisa lebih mahal dari harga pengiriman kontainer dari Singapore ke Rotterdam.
Selamat bekerja Bapak-bapak, saya yakin Bapak-bapak sangat mengerti apa yang harus dilakukan, cuma kurangi sedikit saja pencitraan yang membingungkan, sehingga saya yang tidak tahu apa-apa pun sampai harus berkata “Salah Kaprah”….
Seperti kata orang Jawa jaman Majapahit dulu… My apologies in advance kalau ada salah kaprah, salah arah, salah pendapat, salah baca dan salah data…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H