Kehidupan itu misterius. Kamu bisa saja mempercayai beberapa hal. Banyak hal. Tapi kamu tidak bisa mempercayai banyak hal dalam waktu yang lama. Kadang kamu harus menyisihkan kepercayaanmu. Demi kebaikan.Â
Banyak yang menceritakan orang akan percaya jalan hidupnya. Atau, kamu bisa sebut orang dengan prinsip.
Ada orang percaya bahwa senyum kepada orang lain adalah keharusan atau prinsipnya. Setiap saat dia akan senyum. Entah sedih atau senang, senyum terus. Sampai bibirnya hampir mirip bulan sabit.Â
Beberapa menganggap aneh. Dia dikira gila. Dia dikira sosok yang cari muka. Namun, dia tetap percaya 'senyum'. Alasannya cukup simple. Dia senyum setiap saat agar orang tidak sedih.Â
Kepercayaan itu dianutnya hingga waktu yang lama. Keanehan pun terjadi pastinya. Dia atau sebut saja Roni baru kehilangan dompetnya.
Dicarilah dompetnya. Roni ingat-ingat betul kemana saja dia seharian. Titik-titik dia berhenti diingatnya. Satu per satu titik dia hampiri. Setiap orang ditanya. Hasilnya nihil. Dompetnya tetap hilang.Â
Dia pun pasrah dengan senyumnya lagi. Di sisi lain, ada pelaku. Bukan pelaku pencurian. Tapi pelaku prank.Â
Di saat Roni mempertahankan senyumnya, si pelaku menganggap Roni baik-baik saja kehilangan dompetnya. Isinya cukup penting. Uang buat biaya segalanya di hidupnya dan keluarganya.Â
Tapi tetap saja Roni tersenyum. Dunia pun melihat itu baik-baik saja. Begitu pula pelaku prank.
Niat untuk mengembalikan dompet dan berkata semua adalah prank.Â
Roni pun pulang dengan dompet yang hilang. Uangnya hilang. Semuanya tanpa ada sisa.Â