Mohon tunggu...
Bob Bimantara Leander
Bob Bimantara Leander Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalau gak di radar ya di sini

Suka menulis yang aku suka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anjing Sial dan Kotak Brengsek di Kota Bajingan

12 September 2019   10:26 Diperbarui: 12 September 2019   11:11 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anjing itu sedang terseok-seok berjalan di pinggiran kota yang nampak tertata rapi oleh rimbunnya tumbuhan dan bunga. Ia sudah dua hari ini meringsek-ringsek tong sampah di setiap jalan kota Bajingan ini. Sepotong daging sisa tak ada ditemuinya. Jangankan daging, sayur saja hanya selembar. Itupun semut dan rayap berebut. Tak akruan

Berjalanlah anjing tersebut tanpa tujuan. Lapar. Hampir mati. Kali ini ia beranjak ke tengah kota Bajingan. Anjing berkulit coklat itu memandang cantiknya gedung-gedung tinggi. Di pinggir jalan nampak riuh sekelompok manusia berambut panjang berjalan. Menggenggam benda kotak dan beberapa kali nampak tersenyum, mengangkat kotak itu ke atas sembari membentuk huruf V dengan kedua jarinya.

Di sisi lain ia melihat kumpulan manusia juga dengan badan tegak. Sibuk melihat sesuatu yang mereka tancapkan di pergelangan tangannya dan tampak pula mereka tergesa-gesa. Tak menghiraukan apapun. Pastinya, juga dirinya yang nampak lesuh dan tanpa harapan.

Anjing itupun mendekati manusia-manusia itu. Ia mengendus ke bagian kaki mereka. Berharap ada perhatian yang diberikan padanya.

Endusan terssebut terbukti berhasil. Salah satu manusia beramput panjang mengajaknya untuk menatap benda kotak itu. Manusia itu tersenyum menunjukan putih giginya dan manis senyumnya. Sementara anjing itu hanya terdiam memelas.

Tak ada makanan yang diberikan. Manusia itu malah sibuk merogoh-rogoh tas berlambang centangnya.

Anjing pikir manusia itu akan memberinya sepotong daging atau setidaknya tulang di dalam tas berlambang centang itu. Namun, sial. Bukan sepotong daging yang ia keluarkan dari tas  bertuliskan 'nike' itu. Tapi penutup kepala dengan lambang bergaris tiga di bawahnya bertuliskan 'adidas'. Ia kenakan tutup kepala itu. Tersenyum dan mengajaknya menatap benda kotak itu lagi.

"Ayo say cheese!" ucapnya. "Nah ini bagus,"imbuh manusia itu sambil memencet benda kotak itu dan menghiraukan anjing yang menatapnya penuh harapan.

"Fak aku butuh makananmu. Jangan hanya tersenyum," kata anjing mengumpat dalam hati.

Tak menyerah. Ia kembali berjalan. Amarahnya membuat rasa lapar dua hari menjadi tak terasa. Ia berjalan seratus meter dari tempatnya bertemu manusia brengsek itu.

Bertemulah ia dengan manusia lagi. Kali ini sosok manusia itu berambut bob berkacamata, Terlihat ramah pikirnya. Nampak kalem dan lembut raut wajahnya. Anjing optimis manusia berambut bob itu bakal memberikan ia makanan. Anjing itu pun memasang muka melas semelasnya. Bulu-bulunya yang lusuh dan badan kurusnya itu ia harap mampu menyempurnakan kesan melasnya.

"Hai anjing kecil. Kemana pemilik mu," ujarnya dalam bahasa manusia yang anjing itu tidak tau dia ngomong apa.

Anjing hanya menundukan keplanya dan membentuk buka kurung ":(" pada bibirnya.

"Ngomong apa dah ini manusia. Aku butuh makananmu tolol. Kau terlihat sehat dan cantik. Apalagi aku lihat kau mempunyai benda kuning di jari dan bundaran di pergelangan tanganmu yang mana biasanya manusia berebut itu. Kau pasti punya makanan tolol. Cepat berikan aku," umpat Anjing itu. Umpat dia sebanyak-banyaknya. Ia hampir mati kelaparan kali ini.

"Guk guk guk guk," kata ia versi manusia.

Manusia itu akhirnya merogoh-rogoh tas bertuliskan 'minisoo'nya. Sepertinya pula tas tersebut terlihat penuh oleh benda-benda. Namun, kali ini anjing tidak berharap itu adalah makanan dan berpikir pasti itu adalah benda kotak brengsek yang digunakan manusia sebelumnya.

"Pasti benda itu lagi. Jancok ah gak berharap aku," umpatnya dalam bahasa anjing.

Benar sekali perkirannya. Manusia berambut bob juga mengeluarkan benda kotak brengsek itu. Kali ini ia berjalan agak menjauh. Tak seperti yang sebelumnya. Anjing hanya menatap bagian belakang. Kilatan cahaya pun muncul dari benda kotak itu.

 Anjing itu terkaget-kaget dan takut. Sementara manusia tersebut nampak bersedih dan sibuk memencet kotak itu.

"Jancok. Ah aku lapar tapi malah benda kotak lagi benda kotak lagi. Ada apa dengan manusia-manuia ini," tuturnya.

Anjing itu berjalan lagi. Kali ini ia hampir roboh. Ia berjalan sangat pelan dan berbelok ke arah kiri menuju sebuah lorong di antara dua gedung.

Sementara manusia berambut bob itu masih sibuk memencet kotaknya. Seusai sibuk beberapa menit. Ia memandang sekitar untuk mencari anjing itu. Namun di radius sepuluh meter, ia tak melihat anjing kurus lusuh dan seperti hidup segan mati tak mau itu.

"Kemana anjing itu tadi?" tuturnya dan melanjutkan menatap kotak itu lagi. Brengsek.

Anjing pun sekarang di lorong. Penciumannya baik sekali. Ia mencium bau daging. Anjing menuju bau tersebut. Bau tersebut berasal dari sebuah tong sampah. Ia orat-arit tong sampah alumunium itu. Ditemukanlah bungkus persegi panjang berwarna putih bertuliskan "KFC".  Dibukalah kotak itu. Terlihat ayam paha yang bagian kulit dan dagingnya sudah dimakan.

"Terimakasih tuhan aku punya makanan. Aku gak jadi mati hari ini," syukur Anjing itu dalam bahasa kalbunya.

Ketika mau makan. Ia mendengar suara 'teng-teng' seperti besi yang sengaja dibenturkan ke sebuah tiang di sisi-sisi gedung itu. Suara tersebut semakin mendekat. Ia ketakutan tapi juga lapar. Diambilah ayam itu dibibirnya untuk berpindah tempat yang aman.

Namun, ia menuju ke jalan yang salah. Ia berpapasan dengan manusia yang kurus dan nampak lusuh. Baunyapun sangat parah tidak enaknya. Seperti kotorannya bahkan lebih.

Tanpa suara dan tanpa tersenyum manusia kurus dan lusuh itu mengambil ayam itu dari mulutnya dan dimakanlah ayam itu.

Anjing hanya bisa melihat calon-makanan-penyalamat-kehidupan-nya-hari-ini dilahap habis dan berkata: "Manusia!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun