Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inovasi Kunci Menjadi Bangsa Pemenang

5 Desember 2017   09:35 Diperbarui: 6 Desember 2017   17:06 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia harus berani berinovasi

Berdasarkan Global Innovation Index, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand  dan Philipine dan kenyataannya bahwa PDB per kapita Indonesia memang jauh di bawah negara-negara tersebut.[3]

Peringkat Indonesia jatuh dari posisi 85 pada 2013 menjadi 88 pada tahun 2016 jauh di bawah Singapura No 6, Malaysia No 35, Thailand No 52, Vietnam No 59, Philipine no 74. Bila di lihat maka urutan index inovasi tersebut berbanding lurus dengan urutan besaran PDB per kapita  -- Indonesia yang paling buncit dari semua sisi.

Global Innovation Index
Global Innovation Index
Padahal pada era tahun 80 -- 90an Indonesia sempat menjadi negara dengan inovasi termaju di ASEAN. Bahkan Indonesia saat itu adalah Innovation center of excellence di ASEAN. Saat itu Indonesia terlah berhasil memproduksi pesawat terbang dengan teknologi tercanggih, N250 yang merupakan pesawat pertama dengan fly-by-wire, memilki satelit pertama di ASEAN, yang pertama membangun jalan tol bahkan dapat membangun jalan tol di atas rawa-rawa dengan desain pondasi yang di sebut cakar ayam dan masih banyak lagi inovasi skala dunia.

Tetapi sejak krisis moneter dengan tekanan IMF Indonesia di paksa untuk meninggalkan semua jenis inovasi termasuk proyek N-250, yang di anggap tidak berdampak kepada ekonomi. Sejak itu Indonesia hanya menjadi negara konsumtif, lebih senang membeli daripada menciptakan dan sejak itu pula Index inovasi Indonesia dan proses de-industrilisasi terjadi.

Banyak regulasi yang sebenarnya menghambat lahirnya innovasi seperti kata "sudah teruji", "sudah beroperasi secara komersial di negara lain" adalah kata-kata anti inovasi -- Bila memang Presiden mendorong inovasi maka kata-kata seperti itu tidak dapat masuk dalam regulasi

karena inovasi adalah melakukan sesuatu yang belum teruji sementara membangun sesuatu yang sudah teruji adalah pengadaan barang.

Regulasi yang ada saat ini memang kurang mendukung lahirnya inovasi, kita masih ingat kasus mobil listrik yang menyebabkan pengembangnya mendekam di penjara. Regulasi yang ada bukan saja telah membungkam inovasi tetapi juga telah membuat para ilmuwan dan engineer penuh ketakutan -- Harus di sadari bahwa tidak ada inovasi yang dapat berjalan dengan lancar, resiko adalah inherent dalam kata "inovasi" bila tidak mau ada resiko maka lakukan pengadaan barang. Tetapi sebenarnya resiko tersebut dapat di mitigasi menjadi sekecil mungkin.

Harus kita ingat semua inovasi yang pernah menjadi kebanggan Indonesia di masa lalu yang pernah menjadikan Indonesia sebagai negara termaju di ASEAN adalah teknologi yang saat itu belum teruji dan belum ada yang beroperasi secara komersial dimana pun di dunia.

Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah salah satu bentuk inovasi dengan pengusaaan teknologi tertinggi dan termaju yang bukan saja berdampak kepada Industri maupun pertumbuhan ekonomi tetapi menjadikan Bangsa Indonesi di segani oleh Bangsa-bangsa lainya di ASEAN sebagai negara sengan status "Nuclear Power Country" yang merupakan visi dari Bapak bangsa Indonesia, Soekarno. 

Inovasi bukan litbang

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Indonesia saat ini yang hampir menghabiskan lebih dari 10 triliun yang tersebar di berbagai kementerian dan Lembaga sebagian besar yang hanya menjadi tumpukan kertas yang sebagian besar tidak bermanfaat bagi bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun