Tetapi teknologi ini tidak akan menjadi disruption sebelum tersedianya energi yang murah karena proses ini membutuhkan energi yang cukup besar, artinya energi murah ini adalah faktor penentu apakah teknologi E-ECEM dapat menjadi pengganti BBM kendaraan dan ancaman bagi industri minyak.
Salah satu sumber energi skala besar dengan biaya murah hanya akan feasible bila di integrasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang menghasilkan panas tinggi seperti beberapa reaktor generasi maju (Gen-4), seperti Molten Salt Reactor (MSR) atau High Temprature Gas Reactor (HTGR) tetapi di sayangkan reaktor generasi maju tersebut baru sebagian besar masih dalam pengembangan dan akan beroperasi secara komersial sebelum 2030.
Listrik Murah: Teknologi Reaktor Generasi-IV
Bila dilihat dari Power Density maka yang memiliki kepadatan energi tertinggi adalah Nuklir tetapi dianggap memiliki persepsi yang negatif dari aspek keselamatan namun sesungguhnya merupakan teknologi pembangkitan listrik dengan tingkat kematian terkecil atau teraman akibat kecelakaan yang di ukur dalam kematian per terra watt jam (death per twh) dimana tingkat kematian terbesar sesungguhnya adalah batubara.
Tetapi PLTN konvensional saat ini juga tidak dapat di katakan sebagai disruptive technology karena biaya pembangkitan listrik Nuklir masih belum dapat bersaing dengan batubara yang menyebabkan raksasa Nuklir seperti Westinghouse gulung tikar. Ini menyebabkan bauran energi Nuklir di dunia masih kecil pada kisaran 11% di banding batubara yang di atas 50%.
Saat ini beberapa tipe reaktor yang di sebut reaktor generasi maju (Gen-IV) yang sebagian besar masih dalam proses pengembangan desain dengan kriteria skala kecil, di buat dengan fabrikasi dan secara modular yang disebut SMR (Small Modular Reactor) yang hampir semua target kriteria desain Gen-IV adalah tingkat keselamatan tinggi dengan sistim pasif yang tidak menggantungkan kepada listrik sehingga kemungkinan terjadinya pelelehan teras (meltdown) seperti Fukushima tidak mungkin terjadi dan dengan biaya produksi listrik yang dapat bersaing dengan batubara.
Hampir semua pengembang reaktor Gen-IV menargetkan dapat beroperasi sebelum 2030. Bahkan pemerintahan Amerika di bawah President Trump akan memprioritaskan pengembangan reaktor Gen-IV yang selama ini terhambat regulasi Nuklir dan lebih di arahkan kepada reactor berbasis air (light water reactor) sehingga banyak pengembang Gen-IV keluar dari Amerika untuk mengembangkan teknologinya.
Beberapa pengembang Gen-IV yang keluar dari Amerika adalah Terra Power yang di miliki oleh pendiri Microsoft, Bill Gates yang akan membangun reaktor yang di sebut Travelling Wave Reactor yang rencananya akan di bangun di China.
Kemudian Thorcon Power, yang telah menandatangani MOU dengan tiga BUMN yaitu: PLN, PERTAMINA dan INUKI pada bulan Oktober 2015 untuk pengembangan prototipe 500 MWe Thorium Molten Salt Reactor (TMSR-500) di Indonesia berdasarkan desain terbukti (proven) MSRE yang pernah beroperasi selama 13,000 pada tahun 1960an.
Kajian awal (pre-feasibility study) telah diselesaikan pada bulan Oktober 2016 dengan kesimpulan bahwa TMSR-500 adalah teknologi yang feasible dan dapat menghasilkan listrik dengan biaya yang bersaing dengan batubara oleh sebab itu layak di bangun di Indonesia.