Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Disruptive Technology pada Sektor Energi

24 Agustus 2017   19:36 Diperbarui: 7 November 2017   14:21 9751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul E-ECEM (electrolytic cation exchange module) yang sudah beroperasi pada US. Naval Research Laboratory

Ketika bicara sektor energi maka ada dua kategori umum, BBM untuk transportasi dan listrik, yang keduanya menggunakan bahan bakar 80% berbasis fossil. -- tentunya sebuah destruptive technology tersebut haruslah dapat menggantikan minyak bumi dan batubara sebagai bahan bakar utama.

Dalam sektor energi dari sisi transportasi, efisiensi mesin motor minyak yang hanya di bawah 20% dan pada sektor listrik dimana rata-rata kapasitas faktor pembangkit listrik masih di bawah 65% dengan efisensi dibawah 40% adalah indicator bahwa distruption pasti akan terjadi : 2 kata kunci yaitu : Power Density & Cost Factor. 

Dengan kata lain power density tertinggi dengan biaya termurah itulah yang menjadi dispruption -- sehingga walaupun biaya renewble energy terus menjadi murah tetapi power density sangat kecil sehingga renewable energy tidak mungkin menjadi disruptive technology untuk sektor energi.

power density adalah fungsi sifat fisika sehingga tidak akan berubah tetapi cost factor adalah fungsi riset dan investasi artinya sejalan dengan waktu dan uang yang di kucurkan maka cost factor akan turun.

Beberapa teknologi yang berpotensi menjadi Disruptive Technology

Ada tiga jenis teknologi yang perlu di pantau perkembangannya menurut kami akan menjadi distruptive technology. Ketiga teknologi ini adalah teknologi yang sudah terbukti (proven) yang mana belum memiliki faktor penentu (certain determining factor)  dan cost factor yang membuat teknologi tersebut saat ini tidak ekonomis sehingga tidak dapat menjadi disruption bahkan tidak ketahui masih "dibawah radar".

Ketiga teknologi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga ketika ketiganya bertemu dalam sebuah periode (technology convergence) pada saat faktor penentu tersebut ada maka akan terjadi disruption pada sektor energi dan merubah pola bisnis sektor energi  serta akan melontarkan perusahaan yang siap menjadi pemain global.

BBM: Bahan bakar bintesis dari air laut

Naval Research Laboratory (NRL) dari Angkatan Laut Amerika telah berhasil mengembangkan sebuah proses elektrokimia yang memecah hydrogen dari air laut dan menggabungkan dengan rantai karbon sehingga tercipta rantai hidrokarbon dengan kata lain menciptakan minyak dari air laut, sebuah proses yang di sebut electrolytic cation exchange module (E-CEM). Proses ini telah mendapatkan paten pada tanggal 5 April 2016, oleh Kantor Patent dan Trademark Amerika dengan No Paten (USTPO), Patent #9303323.

Modul E-ECEM (electrolytic cation exchange module) yang sudah beroperasi pada US. Naval Research Laboratory
Modul E-ECEM (electrolytic cation exchange module) yang sudah beroperasi pada US. Naval Research Laboratory
Rencananya dalam 5 tahun ke depan teknologi ini akan di pasang di semua kapal induk Nuklir Amerika sehingga dapat menyuplai seluruh bahan bakar pesawat tempur yang ada di kapal induk. Walaupun saat ini biayanya masih mahal tapi menurut Dr. Heather Willauer, salah satu peneliti utama NRL dalam 10-15 tahun ketika teknologi sudah matang maka proses ini dapat menghasilkan BBM lebih murah dari minyak bumi. 

Bila pada akhirnya teknologi E-CEM ini masuk ke sektor sipil, bayangkan pasti akan membuat bangkrut semua perusahaan minyak. Karena minyak tidak lagi perlu di eksplorasi dan di pompa keluar dari perut bumi tetapi cukup memproses air laut sehingga dunia tidak akan kekurangan BBM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun