Untuk pembahasan lebih lanjut tentang keselamatan Nuklir dapat membaca tulisan saya terdahulu "Keselamatan PLTN : Antara Isu dan Fakta"
Kedua, tingkat keekonomian tinggi dapat di artikan harus dapat bersaing dengan biaya produksi PLTU batubara. Karena bila tidak dapat bersaing dengan batubara maka Indonesia akan terus memakai batubara sehingga tidak bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi atau dengan kata lain harus setara atau di bawah rata-rata BPP Nasional yaitu $0.07 per Kwh.
Ketiga, dapat bangun dan scale-up dengan cepat; di bangun dengan cepat tidak lebih lama dari lama dari membangun sebuah PLTU sekitar  3 - 5 tahun dan dapat di scale-up dengan cepat.
Keempat, tidak membebani APBN; Â Artinya PLTN tersebut harus murni dalam bentuk investasi swasta melalui skema Independent Power Producer (IPP).
Dari kriteria keekonomian tersebut sangat sulit untuk PLTN konvensional yang berpendingin air dan berbahan bakar padat dapat bersaing dengan batubara. Salah satu yang memiliki peluang adalah PLTN generasi IV yang saat ini sedang banyak di kembangkan di dunia, dimana hampir semua kriteria desainnya adalah bersaing dengan batubara.
Penutup : Apakah Indonesia perlu membangun PLTN ?
Dengan fakta dan konsideran di atas rasanya sudah menjadi keniscayaan bahwa PLTN harus di bangun bila Indonesia ingin menjadi Bangsa Pemenang dan keluar dari perangkap middle income trap atau mencapai pertumbuhan di atas 6%. -- Â Artinya menentang PLTN sama saja anti kemajuan Bangsa.
Indonesia harus mempunyai cita-cita besar, melalui sebuah tantangan inovasi dengan keluar dari zona nyaman sebagaimana selalu di sampaikan oleh Presiden Joko Widowo.
Dimulai dengan BERHENTI MEMPOLITISASI NUKLIR dan mulai melakukan langkah-langkah kongrit menuju pembangunan PLTN dimulai dengan membuat Peta Jalan Pembangunan PLTN.
Jakarta 15 juni 2017
Bob S. Effendi
Pendiri APRONUKI