Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Yang Anti-Nuklir, Baca ini !!!

5 Juni 2016   22:46 Diperbarui: 6 Juni 2016   10:05 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://www.pollutionissues.com/photos/disasters-nuclear-accidents-3556.jpg

Angin                           1,87 MW

Total                     153,998 MW

Kita tahu bahwa antara potensi sampai akhirnya menjadi realisasi biasanya hanya 50% saja. Tapi marilah kita asumsikan seluruh potensi 100% dapat di realisasikan menjadi kenyataan.

Kedua, marilah kita asumsikan potensi tersebut kita distribusikan sebagai bauran energi sampai tahun 2050 sesuai dengan target Kebijakan Energi Nasional (PP no 79 tahun 2014). Kemudian di tambahkan terhadap Kapasitas terpasang Listrik terpasang di Indonesia saat ini  53.500 MW.  Maka totalnya, kita akan mendapatkan 207,498 MW. (Total EBT + Saat ini)

Target KEN 2050

Ketiga, sesuai dengan target kebijakan Energi nasional maka Kapasitas terpasang 2050 adalah 430 GW artinya bila target tersebut di kurangi 207,498 MW maka ada defisit sekitar 222,000 MW (222 GW) yang dibutuhkan.

Pertanyaannya sederhana 222 GW (51%) tersebut di isi oleh energi apa ? seluruh energy bersih yang terbarukan sudah di pakai semua. Maka Indonesia tidak punya pilihan kecuali memakai energy fossil, tentunya yang termurah adalah batubara. Padahal total fossil (batubara, minyak dan gas) sudah habis sebelum tahun 2040. [3]  [4]

Artinya Indonesia harus mengimport batubara atau gas yang akan membuat bauran energy 2050, energi fossil (batubara dan gas) akan terus bertambah karena seluruh potensi energy terbarukan sudah di pakai semua. Tentunya karena komitmen decarbonizing maka Indonesia terpaksa import gas bukan batubara, padahal saat itu harga gas pastinya sudah 2x – 3x lebih mahal dari pada saat ini.

Paska 2050

Dengan bertambah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk maka pada 2100 baruan energy Indonesia 77% akan bergantung pada fossil yang artinya target decarbonizing 100%  pada 2100 tidak akan tercapai tetapi yang ironis adalah Indonesia kembali lagi pada posisi pada tahun 2016 –  kembali ke start pada posisi 2016.. ironis bukan??

Bila pada akhirnya paska 2050 Indonesia balik lagi ke energy kotor maka untuk apa kebijakan energy terbarukan bila tidak menghasilkan keberlanjutan (sustainability) energy bersih paska 2050.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun