Bila ESDM dan DEN melihat energi bersih bukan hanya Angin, Surya, Panas Bumi, Microhydro yang semuanya subsidi FIT dengan harga mahal tetapi juga Nuklir sebagai komponen Energi Baru, khususnya Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) yang dapat memanfaatkan Thorium yang ketersediannya di Indonesia cukup berlimpah, diduga cukup untuk 1000 tahun. TMSR sekarang menjadi popular sebutan PLTT (Pembangkit Listrik Tenaga Thorium).
Bahkan Menteri Perindustrian, Saleh Husin adalah salah satu pendukung pertama pembangunan PLTT yang di anggap dengan biaya produksi listrik murah dan dalam skala besar PLTT dapat menjadi solusi untuk kebutuhan energi bagi industri.
Baca :Menperin Saleh Husin Wacanakan Pembangkit Listrik Pakai Thorium
Salah satu kekuatiran tentang Nuklir sesungguhnya melekat pada desain reaktor dengan pendingin air yaitu tipe PWR (Pressurised Water Reactor) dan BWR (Boiling Water Reactor) yang mana aspek kekuatiran tersebut tidak ada pada reaktor jenis MSR dengan keselamatan melekat (inherently safety).
Kesederhanaan desain TMSR dengan bahan bakar cair membuat capital cost dan operation cost yang sangat murah di banding jenis reaktor manapun, bahkan dapat bersaing dengan PLTU Batubara. Salah satu pengembang TMSR asal Amerika Thorcon Power mengklaim biaya produksi listrik pada kisaran 3 sen/kwh, artinya tanpa harus ada FIT (Feed-in-Tariif) atau bentuk subsidi apapun dan biaya pembangunan sekitar $1/watt, lebih murah dari PLTU.Â
Baca : Thorium Energy Report 2015, laporan ringkas tentang pengembang MSR di dunia.
Dengan angka seperti itu maka tidak perlu ada dikotomi antara listrik murah versus listrik bersih, yang identik mahal, tidak perlu ada. PLN di untungkan, ESDM dapat memenuhi target penurunan emisi sesuai kesepakatan COP21 dan yang terpenting kapasitas terpasang dapat di kejar dalam skala 10 - 15 GW/tahun -- everybody happy.
Menurut Dr. Mathias Krause, dari IAEA (Badan Nuklir Dunia) yang menjadi nara sumber pada FGD Thorium di BATAN mengakui keunggulan Thorium sebagai bahan bakar nuklir di banding Uranium dan kepada penulis mengatakan bahwa sudah ada 22 negara mengajukan permohonan kepada IAEA, termasuk perusahaan Nuklir milik Bill Gates, untuk IAEA membuat guidelines untuk membantu proses lisensi TMSR artinya sederhana dalam waktu kurang dari 10 tahun sudah akan beroperasi TMSR di dunia.
Bahkan saat ini, salah satu pengembang MSR asal Canada, Terrestrial Energy, sudah memasukan aplikasi untuk pre-licensing pada regulator nuklir Canada dan di harapkan akan beroperasi pada pertengahan 2020'an.
Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)
Di Indonesia kerjasama pengembangan dan pembangunan PLTT tersebut sudah di tanda tangani melalui MOU antara konsorsium BUMN, yang di motori oleh PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI) dan sebuah perusahaan pengembangan TMSR asal Amerika, Martingale Inc yang di kenal dengan Thorcon Power. -- TMSR adalah sebuah tipe reaktor yang sudah dibangun pada tahun 60'an dan beroperasi selama 20,000 jam tanpa masalah, artinya TMSR adalah teknologi proven.