Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Energi Murah vs Energi Bersih

14 Februari 2016   13:26 Diperbarui: 25 Mei 2016   20:09 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dalam Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi yang di hadiri oleh seluruh stake holder energi di Hotel Borobudur, pada tgl 14 April 2015 memberikan petunjuk yang sangat jelas tentang diversifikasi energi yaitu : Bersih, Murah dan Mudah. -- Jelas dari kriteria ini, Angin dan Surya jelas tidak murah, batubara tidak bersih, Geothermal bersih tapi tidak murah -- secara objektif yang masuk kriteria tersebut hanyalah hydro dan nuklir.

Sebenarnya masih dapat di perdebatkan apakah hydro dapat sustain, karena kita tahu bagaimana hampir 40% waduk di Indonesia mengalami penurunan debit air yang akan berdampak kepada menurunnya produksi listrik. Tapi hal tersebut tidak perlu kita bahas dalam tulisan ini. -- artinya yang benar-benar sustain, Bersih, Murah dan Mudah hanyalah Nuklir.

Dapatkah mengandalkan hydro dan nuklir sebagai bauran energi utama untuk hasilkan energi bersih dan murah ?

Sangat bisa. Perancis, 78% nuklir + 11% hydro dan Swiss 40% nuklir + 54% hydro -- terbukti bahwa kedua negara tersebut di EU yang menghasilkan emisi CO2 terendah di Eropa dengan tarif listrik termurah (dibawah rata-rata EU) sementara jerman dengan bauran angin + surya tertinggi di eropa justru penghasil CO2 tertinggi di negara-negara EU dengan tarif listrik termahal, diatas rata-rata EU.

Bila di lihat di atas maka EROI tertinggi adalah Hydro dan Nuklir (Th-MSR) maka sangat rasional bila kedua sumber tersebut menjadi komponen terbesar dalam bauran energi, seperti kasus Perancis dan Swiss maka secara rata-rata dapat memberikan tarif listrik yang murah bagi masyarakat.

Kesejahteraan Tergantung Kepada Energi.

Keruwetan permasalahan energi ini terjadi karena indonesia terjebak dalam permainan negara maju,  dengan komitmen Indonesia pada COP15 dan di perkuat di COP21 pada Desember 2015 untuk meningkatkan EBT, atau dengan kata lain membeli Listrik di kisaran 15 – 20 sen/kwh tentunya bagi negara2 maju yang GDP per kapitanya sudah di atas USD 10,000 tidak menjadi masalah tetapi bagi Indonesia dengan GDP per kapita masih dikisaran USD 3000 bahkan belum tembus dari perangkap middle income trap (di bawah USD 4000 per capita) akan sangat memberatkan ekonomi dan khususnya masyarakat. – ini akan membuat Listrik “tidak terjangkau” atau gap antara GDP per kapita dan harga Listrik melebar.  Untuk sebuah ekonomi menjadi kuat dan miliki daya saing maka gap antara GDP dan harga Listrik harus kecil, sebagaimana Singapore, Malaysia dan Thailand (lihat gambar bawah)

 

Artinya keinginan Indonesia menjadi good global citizen tetapi mengorbankan pertumbuhan ekonominya sendiri. Cina dan India mengambil posisi lain, yaitu "Grow first then clean up later"sehingga saat ini ketika Cina dan India sudah tumbuh menjadi sebuah kekuatan ekonomi barulah cina dan india mulai melakukan bersih-bersih. Tidak dapat di pungkiri bahwa energi murah adalah komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Bahkan kekesejahteraan (prosperity) oleh para ahli dapat di ukur dalam kwh per capita yang berada pada minimum 2000 KWh/capita sedangkan Indonesia saat ini masih berada pada kisaran 800 kwh/capita bandingkan dengan Malaysia pada kisaran 4000 kwh/capita dan Singapore 8000 kwh/capita.

Sederhana saja untuk meningkatkan kesejahteraan Indonesia perlu meningkatkan elektrifikasi secepat mungkin dengan harga murah tapi bersih. Sebuah pertanyaan yang juga di tanyakan oleh Bill Gates dan dijawab dengan mukjizat energi -- Gimana ??

 

 

Nuklir sebagai solusi  Energi Murah dan Bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun