Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Energi Murah vs Energi Bersih

14 Februari 2016   13:26 Diperbarui: 25 Mei 2016   20:09 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rancangan Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016 – 2025, PLN sudah mengkalkulasi dengan cermat bahwa bila hanya mengandalkan ET tanpa adanya nuklir maka energi terbarukan maksimal hanya tercapai 19%, itupun sudah memasukan semua jenis, termasuk sampah tapi tetap tidak kekejar angka 25%. Menurut PLN hanya mungkin mencapai 25% bila Nuklir masuk dalam bauran energi. -- Tetapi perhitunggan ESDM dan DEN berbeda, menurut mereka tanpa nuklir dapat di capai 25%. -- Siapa yang benar ?

Kalo menurut saya perhitungan DEN hanya di atas kertas karena sebagian besar anggota DEN bukan praktisi tetapi lebih banyak akademisi dan banyak di pengaruhi oleh kelompok anti-nuklir, sehingga sejak awal posisi DEN resisten terhadap nuklir terbukti dengan masuknya "opsi terakhir" pada PP no 79/2014. Pertanyaan sederhana mana yang lebih menguasi permasalahan di lapangan ? praktisi atau perencana/regulator. Jelas jawabannya adalah praktisi - Maka bila perhitungan PLN menyatakan bahwa EBT non-nuklir hanya mampu 19% maka pastinya lebih dapat di percaya di banding perhitungan ESDM.

Saat ini kapasitas terpasang sudah mencapai 51 GW dengan populasi 253 juta maka kapasitas per kapita 200 watt per orang dengan rata-rata 3,5 GW/tahun. ESDM merencanakan penambahan 70 GW sampai 2025, artinya harus meningkatkan kapasitas dari 3,5 GW/tahun manjadi 7 GW/tahun sehingga menjadi 121 GW pada 2025. Dengan populasi 300 Juta pada 2025 maka kapasitas terpasang perkapita 400 watt per orang. Masih jauh dibawah Malaysia 965 Watt/orang, Thailand 1000 watt/orang dan Singapore 2000 watt per orang.

Artinya dalam 10 tahun, dengan hanya 400 watt per orang kapasitas listrik di kota-kota di Indonesia masih jauh di bawah Jakarta saat ini yang sudah 500 watt per orang, apalagi mengejar Kuala Lumpur, Bangkok dan Singapore.

Bila kota-kota di Indonesia dalam 10 tahun kedepan menginginkan listrik minimum setara dengan Jakarta saat ini maka kapasitas terpasang per tahun harus menjadi 10 GW/tahun. -- Apakah dapat tercapai, 7 GW/tahun aja di ragukan banyak orang, dari mana mendapatkan tambahan 3 GW/tahun? Jawabanya Nuklir.

Dengan Nuklir 10 GW/tahun bahkan 15 GW/tahun dengan sangat mudah tercapai. Maka ketertinggalan dengan Malaysia, Thailand dan Singapore dapat di kejar dalam 10 - 15 tahun tidak 40 tahun sebagaimana perencanaan DEN dan ESDM.

Hal inilah yang menjadi keprihatinan Menko Maritim, Rizal Ramli tentang target 7 GW/tahun yang dianggap ambisius yang selama ini tidak pernah terjadi, karena data empiris yang dapat tercapai selama 20 tahun hanya 3,5 GW/tahun maka dalam 5 tahun maksimal 17,500 MW. Itu sebabnya beliau mengatakan dalam 5 tahun maksimal 18 GW.

"... kami evaluasi, ternyata yang betul-betul mungkin dan harus dalam lima tahun itu 16.000 MW-18.000 MW, itupun sangat besar..."(Rizal Ramli, 7/9/15)

Memang apa yang di sampaikan Rizal Ramli ada benarnya bila ESDM dan PLN melakukan nya dengan business-as-usual jelas tidak akan tercapai - Target 7 GW/tahun, hanya dapat terealisasi bila dilakukan sebuah terobosan dan perencanaan yang matang dan sistim yang handal yang dapat di bangun dalam skala besar -- jelas tidak dapat terealisasi bila hanya mengandalkan energi terbarukan tanpa adanya Nuklir. 

Bill Gates, orang terkaya di dunia mengatakan bila ada satu hal yang dapat mengangkat kemiskinan dari muka bumi adalah energi !! tepatnya energi bersih (clean), murah (affordable), skala besar (large scale) dan cepat terpasang (fast deployment) yang ia sebut sebagai mukjizat energi (energy miracle). Gates dengan tegas mengatakan angin dan surya bukanlah solusi, mukjizat tersebut adalah nuklir, khususnya reaktor generasi IV.

Banyak pihak anti-nuklir selalu mengatakan bahwa PLTN di dunia sudah di phase-out, bahwa trend di dunia adalah untuk tidak memakai PLTN. Sayang sekali orang tersebut bicara tanpa data. Kenyataanya berdasarkan data IAEA, yang di publish diPower Reactor Information System, bahwa sejak jan 2005 - jan 2016 di bangun 27,9 GW dan yang di tutup hanya 8,1 GW, bahkan tren ke depan meningkat, jumlah yang di bangun 3x dibanding yang di tutup. Silahkan lihat grafik berikut.

[caption caption="Jumlah PLTN dibangun vs di tutup"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun