Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money

Gagal Paham : Sudah Swasembada, kok Import Beras?

28 Juni 2015   19:15 Diperbarui: 28 Juni 2015   21:19 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pertama saya ingin menegaskan saya bukanlah seorang ahli pertanian atau pengamat pertanian tetapi setelah ribut2 import beras, saya mencoba melihat beberapa angka2 perihal beras/padi/sawah melalui website BPS & Kementrian Pertanian dan betapa kagetnya saya ketika menyadari bahwa ternyata INDONESIA SUDAH SWASEMBADA BERAS !!! -- Lalu mengapa harus import -- Ini saya gagal paham. Memang persoalan pangan adalah kompleks tetapi haruslah kita urai satu persatu. Karena Beras adalah sumber pangan utama rakyat Indonesia maka kita mulai dari Beras..

Pertanyaaan yang sangat sederhana : Berapa Produksi Beras Indonesia ? ternyata jawabannya tidak di dapat di BPS ataupun di Kementrian Pertanian. Maka kita harus mengkalkulasi sendiri. Berikut penjelasannya.

Konsumsi beras per kapita : 139 kg/orang/tahun (BPS/Kemtan)

Penduduka indonesia : 252.370.792 orang (BPS)

Maka kebutuhan beras per tahun = 35 Juta ton beras/tahun (inilah jumlah beras yang di konsumsi seluruh rakyat indonesia dalam setahun)

sekarang kita hitung berapa produksi beras. -- BPS maupun Kementrian pertanian tidak memberikan data produksi beras (aneh??) tapi data produksi GABAH KERING GILING (GKG) di sediakan.

Asumsi konversi GABAH ke PADI sekitar 60% (aktual 64,5% - 65%)

Produksi GKG per tahun = 70,8 Juta ton (DATA : BPS)

Produksi Beras (konversi 60%) = 42,4 Juta ton BERAS !!!

Kebutuhan hanya 35 Juta ton - Produksi Beras 42,4 juta ton -- Bukankah ini Surplus !! -- GAGAL PAHAM

Bila angka tersebut benar bahwa Indonesia surplus beras maka dapat juga terlihat bila di lihat dari data luas sawah yang datanya ada di kementrian pertanian. Sebagai asumsi kita ambil produksi beras per hektar 5 ton/ha dan kita asumsikan untuk sawah irigasi 2x panen per tahun (maka X 10 ton per hektar) dan sawah tadah hujan (non-irigasi) di asumsikan 1x panen (X 5 ton per hektar)

Berdasarkan data Kemtan, Luas sawah irigasi 4.784.974 ha dan sawah non-irigasi 7.748.348 ha

Produksi padi per hektar (rata2) = 5 ton/panen --> Sawah irigasi X 10 ton + non irigasi X 5 ton maka bila kita kalikan angka2 tersebut. 

Produksi Gabah Kering = 87 Juta ton per tahun (Luas sawah x rata2 jumlah panen)

Produksi Beras (konversi 60%) = 42,4 Juta ton BERAS per tahun..

JADI JELAS BILA DI LIHAT DARI 2 DATA TERSEBUT DIATAS (KONSUMSI 35 JUTA TON) :

  • PRODUKSI GABAH (BPS) -- PRODUKSI BERAS 42 JUTA TON  --  INDONESIA SURPLUS
  • LUAS SAWAH (KEMTAN)  -- PRODUKSI BERAS  52 JUTA TON -- INDONESIA SURPLUS

Perhitungan di atas sangat sederhana sekali.. tidak di butuhkan seorang Doktor Matematika menjelaskan angka2 itu... APA saya yang bodoh atau gimana ya.. mengapa Indonesia masih mengimport beras... -- PADAHAL INDONESIA SUDAH SWASEMBADA BERAS. Dari data produksi tersebut jelas Indonesia masih mempunyai cadangan untuk minimal 2 - 3 bulan.

Sekali lagi saya mohon maaf bila ternyata ada kesalahan dalam analisa saya, tetapi saya mohon bila ada teman2 yang lebih paham dapat menjelaskan hal ini kepada saya... Sebenarnya berapa sih produksi beras nasional ?

Sebagai catatan kaki :

Konsumsi beras Indonesia 139 kg/org/tahun adalah no 2 tertinggi setelah Vietnam yang 141 kg/org/tahun -- negara2 Asean lainnya jauh di bawah itu. -- Thailand 70 kg, Malaysia 80 Kg., rata2 di dunia 60 kg -- Ada rencana Pemerintah untuk mencapai swasembada beras menekan konsumsi beras dari 139kg ke 114 kg karena alasan produksi tidak cukup. --  Hal ini adalah aneh buat saya.. karena kita sudah swasembada dengan konsumi 139 Kg per kapita.

"Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjelaskan alasan diturunkannya target swasembada itu setelah pemerintah melakukan verifikasi ulang target awal tersebut. JK menjelaskan, verifikasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengubah standardisasi pengukuran konsumsi rumah tangga yang dibuat Badan Pusat Statistik (BPS) dari sebelumnya 139 kilogram per tahun atau 380 gram per hari, menjadi 114 kilogram per tahun setara 312 gram per hari."

Saya menduga ada kelompok yang sengaja mengaburkan informasi ini ke Presiden. - Saya menduga banyak beras indonesia yang kualitasnya lebih bagus dari beras vietnam di export keluar sehingga kebutuhan dalam negri kurang.. . dan kita mengmport beras vietnam sehingga terjadi selisih margin keuntungan untuk para mafia. -- Dan hal ini sudah terjadi sejak lebih dari 5 tahun dugaan saya artinya selama 5 tahun terakhir ini Indonesia susungguhnya sudah surplus beras.

Praktek yang sama juga terjadi dengan minyak bumi khususnya minyak asal duri yang memiliki kualitas bagus dan harga tinggi.. di jual ke luar dan indonesia membeli minyak yang kualitasnya lebih murah karena mendapatkan selisih.. tetapi akaibatnya kilang minyak pertamina bekerjanya tidak efisien.. seperti mobil mercedes di isi dengan premium.. suatu saat pasti mesin akan rusak.

sedikit kejanggalan adalah bahwa yang selalu di ributkan adalah BERAS tetapi kalo kita google "Produksi Beras Indonesia" tidak ada data produksi beras yang muncul dari BPS, Kementrian Pertanian atau instansi pemerintah lainnya yang muncul adalah PADI dan GABAH -- Bukankah seharusnya hal ini di ketahui publik.

masih banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya yang kalo saya tulis bikin cape aja... semoga saja saya salah..... karena bila saya benar berarti benar ada yang namanya MAFIA BERAS !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun