Mohon tunggu...
Muhardis
Muhardis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lelaki biasa yang selalu ingin berusaha menjadi luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips dan Trik Menilai via Google Form

3 Juni 2023   09:23 Diperbarui: 3 Juni 2023   09:41 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadirnya Covid 19 memaksa siapa saja untuk berubah. Tidak hanya pelaku ekonomi, pelaku pendidikan seperti guru juga harus berubah. Ikan yang sehat ialah ikan yang berenang melawan arus. Guru sudah waktunya menguatkan sirip dan insang melawan serangan perubahan teknologi pembelajaran.

Belajar dalam jaringan (daring), menilai pun daring. Tidak ada lagi alasan pendidik butek, buta teknologi. Google Form, setidaknya, hadir sebagai asisten guru dalam menilai, bahkan sangat sederhana bagi mereka yang baru saja melek teknologi. Ingat, ini bukan iklan, ya. Di luar sana mungkin lebih banyak lagi platform yang dapat memudahkan guru.

Sedikit pengalaman ini mungkin bisa dijadikan pembelajaran guru sehubungan dengan penilaian, terlebih penilaian kekinian yang berjenis asesmen kompetensi minimum (AKM). Semua serba minimum. Jumlah peserta asesmen, minimum. Keterampilan yang di-ases, minimum. Bahkan, satuan pendidikan pun tak perlu melakukan persiapan besar-besaran seperti persiapan ujian nasional. Cukup minimum. Toh asesmen kompetensi minimum hadir bukan sebagai penentu kelulusan, tapi lebih kepada potret-memotret satuan pendidikan.

Berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan guru di satuan pendidikan. Semua upaya dikerahkan agar peserta didik mendapatkan pelayanan maksimum. Keterbatasan media, semisal komputer dan jaringan, menjadi "arus" tersendiri yang harus dihadang. Peserta didik belajar secara daring, masa iya penilaian masih luring. Jauh sasaran dari anak panah.

Menyusun penilaian dengan media daring memaksa guru kreatif dan inovatif. Harus ada keinginan di dalam diri sendiri untuk melakukan perubahan. Belajar merdeka, eh merdeka belajar, memberikan guru kesempatan belajar sebebas-bebasnya dari sumber belajar yang bebas-akses. Seperti yang sudah dipampangkan pada bagian awal, Google Form atau G-Form bisa dijadikan pilihan.

Bagaimana tips n trik-nya? 

Pertama, kita hanya perlu mengaktifkan gmail sebagai awal akses G-Form. Setelah itu, kita dapat mengakses berbagai tipe penilaian yang ingin disasar, tentunya setelah memilih tambahkan google formulir---kuis kosong. Ada beberapa pilihan yang sudah default, seperti jawaban singkat, paragraf, pilihan ganda, kontak centang, drop-down, skala linier, kisi pilihan ganda, dan petak kotak centang.   

Sebelum memilih jenis soal yang akan dibuat, kita juga bisa memilih tema yang diinginkan. Pada bagian tema dengan ikon ini          terdapat banyak pilihan gaya teks, warna, dan latar belakang. Kita juga dapat menambahkan kop satuan pendidikan pada bagian Header.

Pada bagian setelan, jangan lupa mengubah pengaturan "Jadikan ini sebagai kuis" agar kita dapat menambahkan poin atau nilai. Berikutnya ubah pengaturan "Batasi ke 1 jawaban" agar peserta tes hanya bisa mengerjakannya satu kali saja dan menonaktifkan pilihan "Izinkan pengeditan respons" supaya jawaban yang sudah dikirim tidak bisa diperbaiki. Selanjutnya, untuk meminimalisasi kerja sama dalam pengerjaan soal, kita bisa mengubah pengaturan "Acak urutan pertanyaan" pada bagian presentasi. Satu hal penting, kita juga bisa membatasi waktu pengerjaan soal dengan menonaktifkan "Menerima jawaban" pada bagian menu jawaban.

Berikutnya beralih ke tipe soal yang bisa kita gunakan untuk penilaian. Pertama, jawaban singkat. Tipe ini memberikan kesempatan kepada kita mengukur kemampuan peserta didik merespons secara cepat kompetensi yang berkaitan dengan mengingat dan memahami. Bentuk ini cocok digunakan untuk mata pelajaran bahasa, seperti materi memahami unsur-unsur pembangun kalimat. Peserta didik hanya menjawab berupa kata, frasa, atau angka.

Tipe berikutnya, pilihan ganda. Kita dapat menggunakan tipe ini untuk mengukur pemahaman dan ingatan peserta didik, sama halnya dengan pilihan ganda pada tes jenis paper based. Bentuk yang dapat dipilih untuk kategori kemampuan ini, namun bisa juga mengukur kemampuan analisis dan interpretatif, ialah kotak centang. Bentuk ini juga yang sedang digandrungi oleh asesmen kompetensi minimum. Peserta didik diberikan pilihan jawaban benar lebih dari satu. Jika di pilihan ganda hanya ada satu jawaban benar, untuk kontak centang ini kita perlu menyediakan lebih dari 1 jawaban benar. Meskipun begitu, jumlah pilihan jawaban termasuk distraktor tetap sama, yakni 4 pilihan (A,B,C,D) untuk jenjang SD dan SMP/Sederajat; lima pilihan jawaban (A, B, C, D, E) untuk jenjang SMA/Sederajat. Semua pilihan jawaban hanya tersedia dalam bentuk baris.

Pilihan berikutnya yang juga menjadi penciri soal asesmen kompetensi minimum yang bisa dijadikan inspirasi ialah kisi pilihan ganda. Sama-sama menggunakan diksi pilihan ganda, jenis kisi pilihan ganda memiliki kekhasan yang serupa dengan kotak centang, yakni jawaban benar lebih dari satu. Bedanya pada pilihan ini, selain bisa menambahkan jawaban benar pada bagian baris, kita juga bisa menambahkan kolom untuk makin menambah tingkat kesukaran soal. Pilihan ini juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mendesain jenis soal benar-salah, ya-tidak, sesuai-tidak sesuai, tepat-tidak tepat, dan sejenisnya. Syaratnya, kita perlu membubuhkan tanda centang pada pernyataan perlu 1 jawaban di setiap baris.

Masih mengacu jenis soal yang digunakan pada asesmen kompetensi minimum, kita dapat memilih opsi berikutnya, yaitu paragraf. Jenis ini memungkinkan kita mendesain soal uraian panjang/esai. Peserta didik dapat menuliskan jawaban berupa pendapat pribadinya.

Selain kaya akan jenis soal, G-Form juga kaya fitur. Guru dapat menambahkan teks dan gambar, bahkan link yang tersambung dengan youtube guna mendukung soal-soal materi kesastraan. Kita hanya perlu memilih sisipkan link pada bagian bawah soal/pertanyaan.  Misalnya kita ingin mengukur kemampuan peserta didik terkait unsur intrinsik seperti tokoh, alur, dan konflik, kita bisa menyisipkan potongan film yang diangkat berdasarkan karya sastra. Peserta didik secara tidak langsung juga mendapatkan hiburan dari stimulus yang kita hadirkan berupa cuplikan film.

Keunggulan lain yang dimiliki G-Form sebagai media penilaian kekinian ialah kemampuannya melakukan otomatisasi penskoran/automatic scoring. Hal ini setidaknya hampir menyamai mesin yang sedang dikembangkan oleh Tim Peneliti Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika UGM 2019 lalu.

Kelebihan berikutnya dari G-Form yang dapat menguntungkan dan memudahkan pekerjaan penilaian ialah adanya pilihan untuk menampilkan jawaban benar sesaat setelah peserta didik menyelesaikan penilaian. Hal ini bisa dijadikan refleksi bagi mereka untuk mengetahui kunci jawaban dan skor yang mereka peroleh. Minusnya, peserta yang belum melakukan penilaian akan terbantu dengan melihat jawaban temannya yang telah selesai. Tapi, kita tidak perlu khawatir karena G-Form sudah menyediakan fitur setelan untuk menonaktifkan tampilan jawaban benar. Kembali kepada tujuan kita dalam mendesain penilaian.

Bagi kita yang bermaksud melakukan penilaian sekaligus analisis, G-Form juga memberikan kemudahan. Pada bagian jawaban, G-Form menyediakan analisis jawaban peserta. Kita akan mendapatkan informasi terkait rata-rata, median, dan rentang pada bagian distribusi poin total; pertanyaan yang sering terlewatkan; dan persentase setiap pilihan jawaban. Setidaknya, dari hasil analisis sederhana yang disajikan G-Form, kita dapat memberikan feedback kepada peserta didik. Kita juga bisa melakukan self assessment terkait soal yang telah kita rancang, menilai di mana kelemahan dan kekuatan instrumen yang telah disusun.

Setelah yakin dengan instrumen yang telah disusun, kita diberi kemudahan untuk melihat terlebih dahulu seperti apa instrumen tersebut dari sisi peserta tes. Kita tinggal memilih menu pratinjau dengan ikon        .          

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya dengan G-Form. Kemampuan skor yang dilakukan mesin ini terbatas untuk jenis penilaian pilihan ganda, kisi pilihan ganda, dan kotak centang. Kita diperkenankan menentukan skor untuk setiap jawaban benar. Kita hanya perlu mencentang bagian kunci jawaban dan menentukan nilai.  Untuk soal berjenis esai atau uraian, G-Form sama dengan platform lainnya, masih terkendala memprediksi respons untuk dicocokan dengan kunci jawaban.

Terlepas dari itu semua, sebagai guru kekinian, tentunya kita harus siap dengan setiap tantangan yang tidak terduga sekalipun. Semua dikembalikan ke diri masing-masing, mau bertahan di zona nyaman (menjadi guru "butek") dan tergilas perkembangan zaman atau tetap terus berjuang seirama dengan perubahan. Menjadi guru kekinian menuntut kita  melek teknologi, mandiri, kreatif, berpikir kritis, dan bekerja sama dengan orang lain sesuai dengan amanat profil pelajar Pancasila. Posisikan selalu diri kita sebagai pendidik sekaligus pembelajar. Tidak tertutup kemungkinan bahwa peserta didik malah melampaui kita dalam hal pemanfaatan teknologi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun