Saat itu jam menunjukkan kira-kira pukul 15.00. Artinya ia hanya diberi waktu pengerjaan kurang lebih 2.5 jam. Sebelum pemuda itu datang, sudah ada dua sepeda motor yang juga perlu dikerjakan.
Ia hanya menjawab permintaan pemuda tadi dengan mengatakan bahwa pukul 18.00 WIB ia harus ke rumah sakit membawa ibunya kontrol kesehatan.
Dinilai dari pragmatik, studi tindak tutur dan implikasinya, si montir ingin menyatakan bahwa ia tidak bisa memenuhi permintaan si pemuda. Ia berharap si pemuda memahami situasinya dengan melihat banyaknya pekerjaan yang akan diselesaikan. Namun pada akhirnya si montir menyanggupi meski dengan penuh berat hati.
Di sinilah ungkapan gelas panjang muncul dari bapak tua yang sedari tadi menyaksikan pertuturan pemuda dan montir.
"Untungnya kamu gelas panjang, ya"ujar si bapak ke montir. Â "Apa maksudnya, Pak?" sambungku. Si montir hanya diam saja.
Si bapak menjelaskan bahwa montir memiliki kesabaran seperti gelas panjang. Ia mampu menerima perlakuan orang lain kepadanya karena hatinya (ibarat wadah, gelas) luas. Ia benar-benar menerapkan prinsip "pembeli ialah raja". Seberapa pun air yang masuk, tenang, gelasnya masih panjang. Masih muat.
Dari sini kita makin memahami bahwa untuk berlaku santun terhadap orang lain tidaklah mudah. Butuh kesabaran menerima ketidaknyamanan agar tidak mudah baper (Kompas.com, 14/11/22). Sekali lagi, montir mengajarkan kita agar memiliki gelas panjang guna menghindari konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H