Mohon tunggu...
Bagas Mulyanto
Bagas Mulyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Book Author and Book Translator

I am a graduate of Islamic Law with a focus on the study of State Law and Islamic political studies, I am also a writer of literary books with the theme of social reaslis and a book translator. I am very motivated to develop skills professionally. I am confident in my ability to generate compelling ideas for memorable marketing campaign strategies and tactics.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Makna Akar Kata "Purbalingga" Merujuk Pada Kepemimpinan Laki-laki

25 Agustus 2020   13:06 Diperbarui: 25 Agustus 2020   13:09 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dena Jawa Tempo Dulu (Sumber: bajoemas.co) 

Hari-hari ini Purbalingga sangat riuh sekali, karena banyaknya baliho-baliho yang tersebar disetiap sudut kota, desa dan dusunnya untuk  memperkenalkan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati pilihan daerah kedepan pada tanggal 9 Desember 2020.

Agar kita memahami secara cerdas memilih pemimpin yang baik yang kelak menjadi pemimpin untuk Purbalingga. Kurang etis jika kita tidak memahami akar sejarah dari Purbalingga. 

Karena dengan kita memahami sejarah Purbalingga, kedepan dapat kita kaitkan untuk menguatkan diri kita untuk memilih pemimpin di Pilkada 2020 nanti.

Memasuki awal pembahasan bahwa Purbalingga berasal dari bahasa Sansekerta, yang tergabung dari dua suku kata yaitu Purba dan Lingga. Purba berarti memimpin, atau seorang pemimpin, dan  Lingga yaitu lambang atau simbol kekuasaan pria, sehingga sifat dan karakter nama 'lingga' ini penuh energi, seakan-akan tidak pernah istirahat. 

Selain itu sifat dan karakter 'lingga' tersebut menurut studi ahli kepribadian, yaitu menggambarkan seseorang menjadi lebih percaya diri, dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang positif, serta selalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang. Atau kata 'lingga' juga merujuk pada nama Jimbun Lingga. 

Jadi nama Purbalingga jika dimaknai sesuai dengan sudut pandang Sansakerta yaitu   bermakna seorang pemimpin pria yang energik, penuh percaya diri, yang memiliki pribadi yang positif, serta selalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk orang banyak.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Makna ini mengacu pada sejarah yang tertulis, bahwa kabupaten Purbalingga memang belum pernah kepemimpinan daerahnya dimandatkan oleh seorang perempuan, terlebih jika di pilih langsung oleh warganya. 

Adapun sekarang kepemimpinan kabupaten Purbalingga ditapuk oleh seorang Perempuan dikarenakan lanjutan estafet yang diberikan oleh ibu Dyah Hayuning Pratiwi dari bapak Tasdi

.Kalau kita flashback membuka kembali buku-buku sejarah dengan membacanya secara teliti, bahwa Purbalingga tidak pernah dipimpin oleh seorang perempuan termulai dari Kyai Tepusrumput, Adipati Onje II, Kyai Arsantaka, lalu R. Tumenggung Dipayuda III, R. Tumenggung Dipakusuma I, selanjutnya R. Tumenggung Bratasoedira (24 Juni 1830), R. Tumenggung Taruna Kusuma I (1 Agustus 1830), R. Tumenggung Dipa Kusuma II (22 Agustus 1831), R. Adipati Dipa Kusuma III (7 Agustus 1846), R. Tumenggung Dipa Kusuma IV (4 Sept 1869),  R. Tumenggung Dipa Kusuma V (14 Februari 1868), R. Brotodimedjo (20 Nopember 1893-13 Sept 1899), K.R.A.A. Soegondo (29 Oktober 1925), dan Pasca Kemerdekaan di pimpin oleh Mas Soeyoto (1946-1947), R. Mas Kartono (1947-1950), R. Oetoyo Koesoemo (1950-1954), R. Hadisoekmo (1954-1960), R. Mohammad Soedjadi (1960-1967), R. Bambang Moerdharmo, SH (1967-1973), Letkol PSK Goentoer Daryono (1973-1979), Drs. Soetarno (1979-1984), Drs. Soekirman (1984-1989), Drs. Soelarno (1989-1999), Drs. H. Triyono Budi Sasongko, M.Si + Drs. Sotarto Rahmat (2000-2005)- (2005-2010), Drs. Heru Sudjatmoko, M.Si+ Drs. Sukento Ridho Marhaendriyanto,M.Si (2010-2013), Drs. Sukento Ridho Marhaendriyanto,M.Si (2013 -- 2015), terakhir H. Tasdi, SH., MM.

Ini bukan menutup ruang "Emansipasi" tetapi tulisan ini hanya mengupas sejarah dari makna kata Purbalingga yang dilihat dari Sansakerta. Secara Psikologi menyoalkan tentang kepemimpinan bahwa kepemimpinan laki-laki dan perempuan memang berbeda. Karena pada dasarnya perempuan dan laki-laki terlahir dengan penuh perbedaan. 

Perempuan memiliki beberapa perbedaan dari sosok laki-laki baik dari fisik maupun bathinnya, laki-laki terbangun dari struktur otak, hormon dan juga skill untuk membangun efektivitas kepemimpinan. 

Terlepas dari pandangan agama tentang pemimpin perempuan, berbagai pendapat (dengan berbagai alasan) menilai perempuan tidak begitu mampu memimpin secara baik.

Jika kita dihadapkan dalam situasi terkini mengenai pemilihan pemimpin untuk Purbalingga yang terlihat jelas hanya ada dua kandidat saja, yaitu Muhammad Sulhan Fauzi dan Zaini Makarim Supriyatno (Mas Oji-Kang Zaini) dan dari petahana Dyah Hayuning Pratiwi bersama Sudono (Tiwi-Dono). 

Maka kita harus bisa menjadikan pertimbangan tulisan ini dalam menelaah para pemimpin untuk Purbalingga kedepan. Sebab sudut pandang Sansakerta juga melihat bahwa akar kata dari Purbalingga itu tersinergi dari geografis daerahnya, salah satu aspek terpenting kepemimpinan laki-laki yang mendukung vahwa laki-laki sangat memiliki kemampuan natural dalam menangani persoalan lapangan. Selain itu pria juga mampuan mengolah kata-kata merupakan menjadi sebuah perangkat kekuatan ketegasannya. 

Laki-laki memiliki kemampuan menemukan kata yang tepat secara cepat. Mereka pun dapat mempengaruhi pikiran dan hati pihak lain melalui kata-kata dan suara mereka. Ini didukung dengan kemampuan dalam hal menunjukkan postur dan gerakan yang mendukung, mampu membaca kompleksitas emosi wajah serta mampu mendengarkan perubahan tekanan di dalam suara.

 Walau perempuan memiliki rasa yang lebih baik dan peka di dalam selera, sentuhan, penciuman dan pendengaran, tetapi dalam konteks kepemimpinan laki-laki lebih mampu mengerti berbagai hal yang tersirat.

Sekali lagi coba kita kembalikan kepada diri kita masing-masing, kita telaah secara dalam, dan kita kaji secara serius, bahwa akar makna kata Purbalingga itu dari sudut pandang Sangsakerta sangat jelas merujuk pada kepemimpinan laki-laki. 

Maka dari itu kita sematkan dari hati nurani terdalam, kedepan di tanggal 9 Desember kita harus menentukan pemimpin yang kuat akan sinergitas dengan makna kata Purbalingga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun