Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandemi dan Kepemimpinan Transformasional

4 Juli 2021   09:16 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:18 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Pikiran Rakyat

Setidaknya ada tujuh kepribadian yang menonjol di era digital; adventorous; orang menjadi lebih berpetualang, friend-ism; orang mudah mencari teman dan membangun pertemanan meskipun belum pernah bertatap muka, videology; menggunakan video sebagai alat komunikasi dan interaksi, expressive; mudah mengungkapkan isi hatinya melalui status pada media sosial, pictography; mendokumentasikan aktivitas dengan kamera photo dan membaginya di media sosial, knowledgeable; terhubung dengan media sosial, di mana segala macam informasi dapat diketahui dengan mudah melalui mesin pencari, dan shopaholic; gemar melakukan berbelanja daring (Ivan p 2017).

Perubahan perilaku dan kepribadian masyarakat di era digital merupakan tantangan yang harus dijawab oleh seorang pemimpin. Proses transformasi budaya dilakukan dengan tetap mempertahankan values dan culture yang baik dalam agenda kepemimpinannya. Sebagai contoh misalnya pengembangan e-government, seperti yang dilakukan Ahok di DKI Jakarta, Ridwan Kamil di Bandung, dan Risma di Surabaya. Mereka melakukan proses transformasi dari budaya manual menjadi digital dengan mengembangkan sistem e-government sebagai instrumen untuk mewadahi perubahan perilaku dan kepribadian masyarakat.

KEPEMIMPINAN DALAM PENANGGULANGAN COVID 19

Tidak bisa dipungkiri, Pandemi Covid-19 telah mempercepat terjadinya transformasi budaya digital di Indonesia. Pada saat yang sama situasi krisis yang diakibatkannya juga menguji bahkan menyeleksi praktik kepemimpinan yang selama ini berjalan. Dalam kondisi krisis akibat pandemi seorang pemimpin dituntut memiliki mindset digital, melakukan transformasi budaya dan berkolaborasi dengan pengikutnya untuk membangun sistem yang dapat meningkatkan kesejahteraan.

Melihat kompleksitas persoalan yang ditimbulkan akibat Pandemi Covid 19 ini, model kepemimpinan transformasional adalah yang paling tepat dijalankan. Masalah yang timbul selama Pandemi Covid 19 bukan hanya soal virus, tetapi juga value dan culture. Kepemimpinan yang bisa menjawab masalah ini adalah kepemimpinan transformasional.  

Konsepsi tentang kepemimpinan transformasional diperkenalkan oleh McGregor Burns pada tahun 1970, sering juga disebut sebagai teori relasional kepemimpinan karena  lebih banyak menjelaskan tentang hubungan yang  terbentuk  antara pemimpin dan pengikutnya (Aminuddin, 2017).  Oleh karena itu, ia merupakan proses interaktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan bersama dengan menyatukan  motif  perubahan  yang  diinginkan (Pawar and  Eastman,  1997).

Melalui proses interaktif, seorang pemimpin transformatif mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami pengikutnya untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan (Komsiyah, 2016). Dengan pendekatan ini pemimpin dan pengikut saling membangun motivasi yang lebih tinggi (Miswanto, 2008). Kepemimpinan transformasional adalah hasil dari sebuah hubungan relasional interaktif dan partisipatif antara pemimpin dan pengikut yang saling memberikan pengaruh terhadap nilai,  sikap,  keyakinan,  dan  perilaku untuk mencapai tujuan organisasi yang dicita-citakan bersama (Masthuri, 2020).

Praktik-praktik kepemimpinan transformasional dalam penanggulangan Pandemi Covid 19 diera digital antara lain dapat dilihat dalam kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia mendorong digitalisasi dalam berbagai bidang untuk menyiasati Pandemi Covid 19 melalui inovasi dan transformasi budaya kepemimpinan. Salah satunya adalah inovasi Jogo Tonggo yang sarat dengan nilai (value).  Jogo Tonggo merupakan respon atas pandemi yang datang tiba-tiba. Saat semua sektor dilemahkan dan anggaran terbatas, maka penanganannya tidak bisa hanya oleh satu lembaga semata (https://www.beritasatu.com).

Program Jogo Tonggo ini dijalankan dengan mengoptimalkan Dasa Wisma, PKK, dan Linmas untuk menangani Pandemi Covid-19. Isue yang ditanganipun bukan hanya kesehatan, tetapi juga soal pemenuhan kebutuhan pangan melalui program canthelan, yaitu sebuah gerakan menggantungkan bahan makanan di depan rumah-rumah warga saat pandemi, juga dengan membeli bahan pokok di warung tetangga. Melalui inovasi ini, Ganjar Pranowo ingin mentransformasilkan nilai-nilai budaya kolaborasi, gotong royong, kepekaan, kepedulian dan kebersamaan. Di tengah krisis akibat Pandemi Covid19 masyarakat Jawa Tengah bisa saling menguatkan secara sosial dan ekonomi.

Selain transformasi nilai (value), Ganjar Pranowo juga melakukan transformasi budaya (culture) digital melalui inovasi Government Resources Management System (GRMS) sebagai instrumen untuk mengelola pemerintahan secara digital. Selama pandemi, data epidemologi dipublikasikan melalui website corona.jatengprov.go.id.

 Website ini dikembangkan sebagai upaya mikrozonasi penanganan Covid-19 agar lebih presisi, sehingga bisa diketahui tingkat penyebaran Covid-19, daerah mana saja yang merah, kebijakannya seperti apa dan sebagainya. Sedangkan di sektor ekonomi,  UMKM didorong lebih gencar melakukan inovasi pemasaran digital melalui LapakGanjar  dan UKM Virtual Expo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun