Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Swarm Leadership; Belajar Kepemimpinan dalam Kawanan Lebah

28 Desember 2020   13:00 Diperbarui: 28 Desember 2020   13:28 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://id.wikihow.com/Mengenali-Lebah-Ratu

 

Begitulah kawanan lebah bekerja mengandalkan intelligant swarminig Ratu Lebah dan kawanannya, melakukan optimalisasi potensi kolaborasi dan kolektivitas antar warga lebah dalam koloni, mengubah kerumunan (crowd) menjadi kawanan (swarm). Konsep kepemimpinan Swarm Leadership ini terus berkembang dan menemukan relevansinya ketika dunia memasuki era milenial, era dimana keterbukaan dan konektivitas informasi sedemikian luas, bahkan melampaui sekat geografis sebuah negara. 

DARI EGO SENTRIS MENJADI ECO SENTRIS

Ilustrasi praktik kepemimpinan dan kepengikutan yang kita lihat dari kawanan lebah di atas sebagai anti thesis dari kepemimpinan transaksional karena seorang pemimpin tidak lagi mengambil peran dominan untuk mengontrol dalam pengertian instruktif dan otoritatif, termasuk juga ketika mengendalikan pencapaian target kerja. Oleh karena itu Swarm Leadership adalah sebuah konsep kepemimpin yang relevan di era milenial karena dianggap mampu mendorong terjadinya transformasi untuk penguatan cita-cita dan nilai-nilai yang diyakini kawanan (swarm) pengikutnya.

Dalam konsep Swarm Leadership pemimpin harus mampu menginspirasi pengikut untuk menghilangkan ego-sentris masing-masing, dan bekerja secara kolektif, bukan bekerja sebagai  individu dalam sebuah persaingan, bahkan konflik satu sama  lain. Ini sangat berbeda dengan model kepemimpinan  transaksional yang sangat ego-sentris. (Burns dalam Haryono 2015).

Pemimpin yang menjalankan konsep kepemimpinan Swarm Leadership juga tidak menjadikan dirinya sebagai titik pusat pemikiran, penilaian dan tindakan (ego-sentris), melainkan memberikan keleluasaan kepada setiap pengikutnya untuk melakukan peran dan memberi kontribusi terbaiknya secara kolaboratif (eco-sentris)  guna mencapai tujuan umum. Dari sini dapat diketahui bahwa ciri utama dari Swarm Leadership adalah kolektivitas dan kolaborasi, dua hal yang sebenarnya juga menjadi basis nilai dari budaya gotong royong yang selama ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia.

Inspirasi pada praktik kepemimpinan Swarm Leadership merupakan energi yang akan menggerakkan transformasi nilai-nilai kolektif. Pengikut yang sudah terinspirasi dengan sukarela akan mengikuti dan membangun kreativitasnya untuk mencapai tujuan umum.  Inovasi juga dihasilkan melalui sebuah kolektivitas pemikiran dan kerja-kerja kolaboratif. Pemimpin maupun pengikut merupakan aktor yang sama pentingnya dalam melahirkan berbagai inovasi. Sehingga gagasan dan kreatifitas terlahir dari sebuah proses bersama (co-creating), bukan lagi monopoli pemimpin (single-creating). Adapun variasi inovasi bisa lahir dari kolaborasi antara pemimpin dengan pengikut, dan bisa juga lahir dari kolaborasi antara perusahaan dengan pelanggannya.

MENJADI LEBIH DEMOKRATIS

Swarm leadership menwarkan konsep kepemimpinan yang lebih terbuka dan demokratis. Konsep kepemimpinan ini sangat relevan dengan ciri masyarakat milenial yang pola interaksi sosialnya lebih simple dan melihat lingkungan sekitar sebagai sistem kepercayaan, nilai, dan sikap (Ahmad W dkk, 2019). Model masyarakat yang belum dikenal dalam konsep-konsep kepemimpinan terdahulu.

Pada catatan sejarah kepemimpinan terdahulu, kita mengenal misalnya kepemimpinan Qin Shi Huang, Kaisar Tiongkok pertama yang menyatukan negaranya dengan tangan besi dan menorehkan catatan kelam mengubur hidup-hidup 460 sarjana hanya karena mereka memiliki buku terlarang. Kita juga mencatat kepemimpinan seorang Donald Trump yang suka memecat orang dan membenci pecundang. Bandingkan dengan model pemimpin-pemimpin kolaboratif yang menerapkan Swarm Leadership seperti Linus Torvalds pencipta Linux, Tim Berners-Lee yang menciptakan World Wide Web, dan Jimmy Wales pendiri Wikipedia, juga Nadiem Makarim dengan inovasi Sekolah Penggeraknya. Mereka ini seperti ratu lebah dari ribuan pengikut, memimpin dengan teladan dan keyakinan, memberikan ruang partisipasi kepada pengikutnya untuk memikul tanggung jawab dalam mengembangkan proyeknya masing-masing (Gloor, 2017).

Swarm Leadership menjadikan praktik-praktik kepemimpinan berjalan lebih demokratis dan egaliter. Proses-proses pengambilan keputusan lebih mungkin melibatkan elemen pengikut secara deliberatif, bahkan sejak mulai dari munculnya gagasan. Inspirasi untuk bergerak melakukan atau tidak melakukan sesuatu terjadi secara langsung (dirrect) dan bersama-sama  (collective). Semua orang berfikir untuk menempatkan kepentingan jangka panjang  di atas kepentingan individual mereka sendiri.  Seorang pemimpin dalam Swarm Leadership adalah Ia yang smart learning yaitu mampu belajar dengan cepat untuk beradaptasi dengan aspirasi, ide dan gagasan pengikut. Decisive yaitu mampu mengambil keputusan secara cepat dan efektif. Empower yaitu menjadi coach yang mampu memberdayakan pengikutnya sehingga tidak menimbulkan ketergantungan terhadap pemimpin. Enabler yaitu mampu menjadikan sesuatu yang awalnya tidak mungkin menjadi mungkin terjadi. Influencing yaitu mampu mempengaruhi pengikutnya dengan perkataan maupun tindakan-tindakan yang inspiratif, dan  menjadi Communicator yaitu mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, tindakan dan keputusannya tanpa harus memberikan intruksi maupun komando.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun