Mohon tunggu...
Nurul Amin
Nurul Amin Mohon Tunggu... Penulis - founder travelnatic dan peatland coffee

Penikmat kopi garis miring. Menyukai kegiatan riset, perkebunan, pertukangan, sains, sejarah, literasi, perjalanan, organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bedah Buku Fatamorgana di Mabes IKAPEMTA Yogyakarta

12 April 2013   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:20 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Menurut UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, terutama di BAB I ; Ketentuan Umum Pasal 1, 2 dan 3. Lalu BAB II ; Lingkup Hak Cipta pasal 2 ayat 1.

Disini disebutkan secara jelas bahwa hak cipta secara otomatis akan muncul setelah suatu karya cipta dilahirkan.

Apabila terjadi permasalahan hukum, maka keaslian karya cipta lah yang menjadi kunci utama. Jadi Penulis Indie ataupun pemusik Indie tidak perlu khawatir karyanya di Bajak. Hal terpenting, dia memiliki karya yang asli. Dengan begitu kekuatannya dimata hukum akan lebih tinggi dibanding pembajak.

2. Dampak Pendakian Massal :

"Kita ibaratkan serumpun rumput diinjak satu orang, apakah dia akan mati? Tidak! Rumput tersebut masih bisa hidup. Tapi, bayangkan jika dia diinjak 1000 orang berkali-kali? Apakah dia akan mati? Sangat mungkin!

Begitulah analogi pengaruhnya terhadap alam. Yang pasti, pendakian massal akan merusak jalur pendakian, karena begitu banyaknya kaki yang melintasi jalur pada waktu yang relatif singkat. Bukankah alam butuh normalisasi untuk mengembalikan fisiknya?

Ini belum termasuk areal yang perlu di sterilisasi untuk mendirikan tenda bagi 1.000 orang tersebut. Belum lagi kayu bakar yang akan mereka gunakan. Syukur sekali jika mereka membawa kayu bakar dari basecamp, jika tidak? Tentu saja mereka mencari kayu bakar di areal terdekat.

Bandingkan 1 orang yang membuat api unggun, dengan 1.000 orang?

"Alam punya daya tampung terbatas, semetara keinginan manusia tidak terbatas" Begitu kata Pak Toni dari BB TNBTS

Masalah selanjutnya adalah Pembuangan kotoran dan sampah. Satu kilo kotoran manusia mungkin bisa didekomposisi dalam waktu satu minggu, dan tentu tidak memakan banyak tempat untuk membuangnya. Lalu bagaimana dengan kotoran 1000 orang yang dibuang hampir bersamaan? Anda pikir saja sendiri!

Sebenarnya pada pendakian massal, sampah non kotoran bisa saja tidak ditinggalkan di gunung. Jika saja pendaki bersangkutan punya kesadaran akan kelestarian gunung. Sayangnya, mengurus kepala 1.000 orang yang belum tentu semuanya tidak bebal sangatlah susah. Ketika sudah sangat capai, orang cenderung akan mengurangi bebannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun