Mohon tunggu...
Safira
Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menonton film dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Rindu kepada Teman Penakluk Malam

6 Oktober 2023   21:34 Diperbarui: 6 Oktober 2023   21:36 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, Rindu dikejutkan dengan suara teriakan bundanya dan ketukan pintu yang beradu sehingga mengusik ketenangan tidurnya. Rindu langsung terbangun dan mengerjapkan matanya.

"Huhfff, hanya mimpi," gumam Rindu. Sontak ia langsung berlari ke arah pintu kamarnya.

"Rindu, ayo cepat mandi dan siap-siap ke sekolah. Hari ini bunda yang antar." Ucap ibu Ratih.

"Iyaa bunda sayang, Rindu mau siap-siap dulu."

"Sarapan dan bekalnya udah bunda siapkan."

"Oke bunda, makasih." Jawab Rindu dengan berlari menuju kamar mandi.

Selesai dengan persiapan ke sekolahnya, Rindu berjalan menuju taman belakang rumahnya. Ia bergegas untuk menemui teman barunya. Blouwly, seekor burung hantu berwarna biru yang ia temukan terkapar dengan luka di sayap kirinya di tengah hutan ketika ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam di sekolahnya. Rindu senantiasa merawat Blouwly dengan senang hati.

"Pagiii blouwly, waktunya sarapan. Bentar aku ambil makan buat kamu."

Rindu menyuapi Blouwly dengan telaten. Ia memberinya makan daging ayam yang sudah dihaluskan, karena burung hantu termasuk binatang karnivora. Burung hantu kesayangannya itupun nampak patuh ketika disuapi Rindu.

"Cepat pulih ya Blouwly (sambil mengusap kepala Blouwly) aku mau ke sekolah dulu. Dada..."

Blouwly seakan mengerti apa yang diucapkan Rindu, ia menjawab dengan suara khas burung hantu beberapa kali.

Selesai menyuapi dan berpamitan dengan teman barunya itu, Rindu berangkat ke sekolah diantar bundanya. Sesampainya di sekolah, Rindu bertemu sahabatnya yang berjalan di selasar menuju ruang kelas.

"Assalamualaikum Shani, gimana kabarmu pagi ini?" sapa Rindu kepada Shani, sahabatnya sejak kecil yang sama-sama duduk di bangku SMA kelas 2. Gadis manis berwajah bersih dengan balutan jilbab putih itupun melempar senyum kearah Rindu.

"Wa'alaikumussalam Rindu. Alhamdulillah, aku masih dikasih kesempatan untuk bangun dan menikmati pagi yang indah ini. Hmm, gimana kabar Blouwly?"

"Blouwly udah lumayan membaik, tapi luka di sayap kirinya masih belum sembuh."

"Aku harap Blouwly cepat membaik dan bisa segera kembali ke tempat asalnya."

Rindu hanya tersenyum menanggapi perkataan Shani. Dalam lubuk hatinya, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Blouwly nantinya.

Menjelang maghrib, Rindu baru sampai di rumahnya. Hari Senin selalu padat dengan kegiatan dan jadwal pelajaran di sekolahnya. Namun, hal itu tidak pernah mengurangi semangat dan keceriaannya. Sama seperti hari-hari biasanya, setiap pulang sekolah ia membersihkan diri dan melakukan hal-hal yang sudah menjadi kewajibannya.

Pagi itu, tepat pada tanggal 14 Juli 2022.  Rindu berada di lapangan sekolahnya, dimana ia dan teman-teman ekstrakurikuler nya ada kegiatan pelesir ke hutan yang letaknya dekat dengan pesisir. Kegiatan tersebut diadakan untuk penelitian. Para peserta ditugaskan untuk meneliti dan mengamati ekosistem yang ada di hutan. Karya terbaik akan diterbitkan di majalah pecinta alam yang ada di sekolah. Mereka berangkat bersama menaiki bus. Tidak banyak perlengkapan dan perbekalan yang dibawa Rindu, karena acara tersebut hanya berlangsung satu hari, dari pagi hingga sore.

Tepat satu jam, bus telah sampai di tempat tujuan. Para peserta yang mengikuti kegiatan segera turun dan membentuk barisan. Mereka dengan seksama mendengarkan briefing dari guru pendamping. Hingga pada akhirnya, para peserta menghambur keluar barisan bersama dengan kelompok yang telah ditentukan. Rindu, Shani, dan empat teman satu kelompoknya berjalan menuju tengah hutan menyisiri pohon jati. Tak lupa untuk melakukan pengamatan dan penelitian.

"Rindu, apa yang bisa kamu simpulkan dari tugas yang diberikan hari ini?" tanya Shani.

"Secara tidak langsung kita mempelajari dan kembali menyelami tentang ekosistem alam, dimana hutan merupakan faktor terpenting. Jika hutan tidak dijaga baik satwa maupun cagar alamnya, bagaimana nanti dengan kehidupan selanjutnya?" jawab Rindu diakhiri dengan senyum manisnya.

Sampai dirumah, Rindu langsung membawa burung hantu yang ia temukan menuju taman belakang. Bundanya juga setuju jika Rindu merawatnya hingga kembali pulih.

"Rindu, jangan lupa dikasih makan sama diobatin dulu luka burung hantunya."

"Siap bunda, makasih udah izinin Rindu merawat Blouwly."

"Blouwly?" ucap ibu Ratih sambil mengerutkan dahinya.

"Hehe, Rindu kasih nama Blouwly buat burung hantunya, bunda."

"Oalah, bunda kira siapa. Oh iya nanti jangan lupa, matiin semua lampu di taman belakang biar Blouwly nyaman."

"Oke bunda." sembari mengacungkan dua jempol ke arah bundanya.

Selesai menyuapi dan mengobati Blouwly, Rindu mengusap kepalanya dengan lembut. Ia juga menemani Blouwly duduk di gazebo taman belakang dengan cahaya terang rembulan. Mereka berdua menatap kearah rembulan dalam kesunyian malam. Tiba-tiba blouwly memecahkan keheningan.  Ia mengeluarkan suara khasnya yang sempat membuat Rindu kaget, sejurus kemudian Rindu tertawa pelan melihat tingkah Blouwly. Ia duduk di pangkuan Rindu sambil memutar-mutar lehernya. Bukannya takut, Rindu malah senang melihatnya.

Sudah 3 bulan, Rindu merawat dan akrab dengan Blouwly. Ia selalu menghabiskan banyak waktunya bersama Blouwly. Tiba saatnya Blouwly dikembalikan ke rumah asalnya. Namun, Rindu bersikeras untuk tetap merawat Blouwly. Mendengar nasihat dari bundanya, akhirnya Rindu luluh dan dengan berat hati ia membawa Blouwly kembali ke hutan dimana ia ditemukan. Di sepanjang perjalanan, Rindu memeluk Blouwly tanpa bosan. Sesampainya di hutan, Rindu tidak langsung melepas Blouwly. Burung hantu kesayangannya itu sangat patuh kepada Rindu, dari bahasa tubuhnya, terlihat jelas bahwa Blouwly juga tidak ingin berjauhan dengannya.

Tepat ketika adzan subuh berkumandang bersamaan dengan dering alarm handphone nya, Rindu terbangun dengan tangan masih memeluk boneka burung hantu pemberian almarhum kakeknya. Tangannya pun terangkat untuk mematikan alarm handphone nya, Rindu tercengang ketika melihat tanggal hari itu, 14 Juli 2022. Ia pun duduk dengan masih memikirkan perihal mimpinya, tak terasa air matanya pun menetes membasahi blouwly, boneka burung hantu berwarna biru kesayangannya.

"Sampai jumpa di hari kita bertemu dan sampai ketemu kembali," batin Rindu seraya tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun