Mohon tunggu...
Salsabilla
Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya hobimenulis artikel dan mempublikasikannya sebagai tulisan online sehingga bisa diakses oleh para penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Rusia terhadap Dinamika Politik dan Ekonomi Asia Tengah sebagai Buffer Zone Rusia

4 Juli 2023   15:31 Diperbarui: 4 Juli 2023   16:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengaruh Rusia di Bidang Politik Negara-Negara Asia Tengah

Rusia merupakan negara yang memiliki pengaruh besar dalam sistem politik di Asia Tengah. Hal tersebut dipengaruhi oleh periode kekuasaan Uni Soviet di kawasan Asia Tengah yang membuat beberapa masyarakat Asia Tengah masih pro terhadap pemerintah Rusia. Kerjasama ekonomi yang dibangun oleh Rusia tersebut bertujuan untuk mengintervensi politik domestik di Asia Tengah selain itu Rusia ingin mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara di Asia Tengah. Rusia memiliki posisi yang cukup signifikan di kawasan Asia Tengah. Dari segi sejarah dan budaya, dua pertiga dari wilayah Uni Soviet didapatkan oleh Rusia, sehingga Rusia dapat dikatakan sebagai "ahli waris" dari pemerintahan Uni Soviet sebelumnya. Adapun negara-negara yang lepas dari Uni Soviet, kemudian memerdekakan diri dan menjadi negara independen dengan mendirikan pemerintahan mereka sendiri. Negara-negara tersebut adalah Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, tujuan dari kebijakan luar negeri Rusia lebih kepada berupaya untuk mengembalikan kembali identitasnya sebagai negara yang memiliki posisi dalam politik internasional. Untuk mendapatkan kembali status "great power" yang pernah dimiliki pada masa lalu, Rusia kemudian berusaha untuk memulihkan hubungannya dengan negara-negara eks-Soviet. Dalam hal ini proses pembentukan identitas Rusia yang baru termasuk bagian dari kepentingan nasional yang kemudian membentuk kebijakan Rusia di kawasan Asia Tengah.

Kerjasama Asimetris yang terjadi di regional Asia Tengah yang dilakukan oleh Asia Tengah- Rusia dan Asia Tengah- Tiongkok terbagi atas beberapa sektor penunjang. Ketergantungan negara-negara Asia Tengah terhadap hegemon di sekitarnya (Rusia dan Tiongkok) didasari oleh berbagai faktor yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai negara berkembang. Negara- negara Asia Tengah memiliki corak politik demokratis yang sangat rentan akibat sistem otoriter yang ditinggalkan oleh Uni Soviet. Di sektor kebutuhan ekonomi, terlalu mengandalkan penjualan terhadap komoditas dan sumber daya alam yang dimiliki sebagai sumber primer kebutuhan negara perlu dipertimbangkan akibat batas yang dimiliki dari eksplorasi terus menerus. Kebutuhan akan barang komplementer menjadi sebuah kendala ketika negara-negara di regional.

Asia Tengah cenderung bersaing daripada bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan regional. Instabilitas politik memunculkan gerakan- gerakan oposisi pemerintah yang akan menimbulkan separatisme juga sulit ditangani oleh negara akibat dari kekuatan militer yang tidak memadai. Berbagai bantuan dan akses untuk menjaga stabilitas di Asia Tengah yang dilakukan Rusia dapat menjaga kestabilan negara-negara di Asia Tengah. Rusia datang sebagai aktor dominan pasca meningkatnya kebutuhan Rusia di Asia Tengah. Pada era 2000 ketika investasi akan minyak dan gas Rusia di Asia Tengah dilakukan dan menguatnya isu Terorisme di Timur Tengah. Bantuan yang diberikan Rusia seperti Customs Union, Military Assistance, dan Investasi energi merupakan serangkaian konsistensi Rusia dalam menangani permasalahan di Asia Tengah. Dan mayoritas negara-negara Asia Tengah memetik keuntungan dari setiap kerjasama yang dilakukan dilihat dari sumbangsih Rusia pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keamanan di Asia Tengah.

Organisasi multilateral (CIS, EEC, CSTO dan SCO) menjadi instrumen untuk kerjasama Asia Tengah dan Rusia untuk meningkatkan integrasi antara kedua belah pihak. Namun, bargaining power Rusia di Asia Tengah sudah terlalu kuat akibat dari kerjasama asimetris ini. Rusia dapat sewaktu- waktu menghentikan kerjasama dan akan sangat merugikan bagi Asia Tengah.

Kebijakan Rusia di Asia Tengah kemudian ditandai dengan membentuk persemakmuran negara independen atau Commonwealth of Independent State (CIS) bersama dengan Ukraina dan Belarusia tepat setelah Uni Soviet pecah pada tahun 1991. Terbentuknya CIS ini ditandai dengan ditandatanganinya Alma-Ata Protocol oleh 8 negara bekas pecahan Uni Soviet yaitu Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Turkmenistan, Tajikistan dan Uzbekistan. 75 CIS yang awalnya dibentuk sebagai organisasi simbolis pada perkembangannya menjadi wadah untuk mengatur dan mengkoordinasi ekonomi, politik dan militer yang sebelumnya terjalin antar negara ex-Soviet. Selain itu juga mengatur mengenai kerjasama dalam hal pencegahan kriminalitas antar lintas batas negara. CIS kemudian menjadi suatu organisasi dengan sistem yang lebih "fleksibel" dengan mengedepankan kedaulatan masing-masing negara.76 Dengan demikian, negara-negara yang terlibat dalam CIS ini digunakan Rusia sebagai penyangga keseimbangan kekuatan eksternal di wilayah regional.

Pengaruh Rusia di Bidang Ekonomi Negara-Negara Asia Tengah

Kerjasama-kerjasama yang terbangun di antara Rusia dan Asia Tengah menjadi bagian penting yang mewarnai hubungan kedua negara. Melalui kerjasama yang terbangun tersebut menunjukkan adanya kepentingan Rusia di kawasan, baik itu kepentingan ekonomi atau kepentingan-kepentingan lain seperti perluasan pengaruh misalnya. Menyangkut kekayaan alam yang dimiliki Asia Tengah, meskipun Rusia termasuk negara yang kaya akan cadangan sumber daya alam, tidak dapat dipungkiri bahwa energi di Asia Tengah merupakan salah satu alternatif yang dapat memberikan keuntungan bagi Rusia dalam menjaga pasokan keamanan energi yang dapat ditujukan untuk memenuhi konsumsi energi dalam negeri maupun untuk di ekspor ke negara-negara lain. Keadaan domestik Asia Tengah yang saat itu masih dapat dikatakan tidak stabil karena merupakan negara persemakmuran baru, dan potensi-potensi alam yang dimiliki, membuat negara-negara lain melihat Asia Tengah sebagai wilayah yang "potensial". Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, kehadiran Rusia di Asia Tengah didasarkan atas kepentingan nasional Rusia dalam memenuhi kebutuhan industri domestik, oleh karena itu pencarian sumber energi alternatif diperlukan untuk menjaga kelangsungan kebijakan domestik. Dengan tersedianya energi, Rusia dapat mengamankan konsumsi energi dalam negeri sehingga dapat mendorong perkembangan industri domestik dan berdampak pada meningkatnya perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun