Mohon tunggu...
Salsabilla
Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya hobimenulis artikel dan mempublikasikannya sebagai tulisan online sehingga bisa diakses oleh para penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Rusia terhadap Dinamika Politik dan Ekonomi Asia Tengah sebagai Buffer Zone Rusia

4 Juli 2023   15:31 Diperbarui: 4 Juli 2023   16:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.usatoday.com/story/news/world/2018/05/05/opposition-leader-among-hundreds-arrested-russia-anti-putin-protests/583427002/Input sumber gamba

Pengaruh Rusia terhadap Dinamika Politik dan Ekonomi:

 Asia Tengah sebagai Buffer Zone Rusia

Pada awalnya wilayah Asia Tengah merupakan bagian dari wilayah kedaulatan Uni Soviet, namun pada 1991 secara resmi negara-negara di kawasan ini mendapatkan kemerdekaan dari pemerintah Uni Soviet. Negara-negara yang mendapatkan kemerdekaan adalah Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan, dan Turkmenistan. Paska kemerdekaan tersebut, negara-negara di Kawasan Asia Tengah mengalami kemunduran akibat dampak disintegrasi dari sistem pemerintah Uni Soviet, seperti penurunan kinerja negara, hilangnya subsidi pusat, dan berakhirnya kerjasama dalam pengelolaan sumber daya bersama, permasalahan energi, dan ketidaktepatan pembangunan infrastruktur negara. Pada akhir tahun 1990-an, negara-negara di Kawasan Asia Tengah mulai meningkatkan kinerja negara dengan merumuskan strategi ekonomi baru yang lebih koheren. Perubahan orientasi kebijakan ekonomi ini bertujuan untuk melahirkan identitas nasional yang baru sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Selain itu, semua penerapan kebijakan tersebut juga bertujuan untuk lepas dari pengaruh kekuasaan Uni Soviet sebagai bekas negara jajahan. (Saadia M. Pekkanen, 2019)

Namun, identitas nasional negara-negara di Kawasan Asia Tengah tersebut relatif lemah, karena kebijakan pemerintah yang tidak efektif dalam mengembangkan strategi ekonomi luar negeri sehingga menurunnya keefektifan pembangunan negara. Permasalahan tersebut memaksa negara-negara tersebut mencari negara-negara lain untuk menjalin Kerjasama dalam upaya menunjang pembangunan di negaranya. Sejak awal berdirinya, kelima negara tersebut memang pada dasarnya masih sangat bergantung kepada Rusia baik secara politik maupun ekonomi. Asia tengah merupakan wilayah yang strategis secara geopolitik dimana Asia Tengah berada di antara kekuatan besar seperti Rusia dan China. (Saadia M. Pekkanen, 2019)

Rusia merupakan negara adidaya yang kuat di Kawasan Asia Tengah, sehingga pada tahun 2000 secara resmi terjalinlah hubungan luar negeri yang baru antara negara-negara di Kawasan Asia Tengah dengan Rusia. Kerjasama tersebut terbukti efektif meningkat kekuatan negara-negara tersebut. Perkembangan negara yang pesat tersebut menjadi alasan negara-negara super power lainnya untuk menjalin Kerjasama dengan negara-negara di Kawasan Asia Tengah. Namun, peran Rusia di Asia Tengah tetap menjadi isu sensitif bagi negara-negara di Kawasan Asia Tengah karena bukti buruk sejarah yang berkepanjangan. Rusia pertama kali mengambil dan menguasai Asia Tengah dengan kekuatan pada awal abad ke-18. Kemudian, Rusia berhasil masuk dan mengubah identitas politik negara-negara di Kawasan Asia Tengah. Sehingga, pada saat ini masih banyak bukti peninggalan Rusia di Kawasan ini seperti Bahasa, budaya dan sistem politik. (Saadia M. Pekkanen, 2019)

Kawasan Asia Tengah merupakan kawasan yang strategis karena memiliki sumber daya alam yang melimpah serta dikenal sebagai jalur sutra  yang menghubungkan benua-benua besar seperti benua Asia, Eropa hingga Afrika. Kekayaan sumber daya alam tersebut membuat negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan China berlomba-lomba menjalin kerjasama ekonomi dengan negara-negara di Kawasan Asia Tengah. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi Rusia sebagai negara yang memiliki pengaruh yang besar di kawasan ini, sehingga pada tahun 2015 Rusia mempertegas peran politik dan ekonominya melalui kerjasama Uni Ekonomi Eurasia yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruh dan mempromosikan kestabilan pembangunan di kawasan tersebut.

Dinamika Intervensi Rusia dan Kerjasama ekonomi negara-negara di Kawasan Asia Tengah.

Kawasan Asia Tengah merupakan kawasan strategis yang memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga disebut sebagai jalur sutra yang menghubungkan benua-benua besar seperti Asia, Eropa hingga Afrika. Kawasan Asia Tengah memiliki arti strategis besar bagi Rusia, karena negara-negara dikawasan ini merupakan daerah yang memiliki keunggulan sumber daya alam yang cukup dapat diperhitungkan secara politik, geografi, kebudayaan dan secara ekonomi kawasan ini kaya energi minyak dan gas. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki negara-negara di kawasan Asia Tengah ini membuat ketertarikan Rusia untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam upaya pemenuhan komoditas utama Rusia di bidang energi. Rusia menjalin Kerjasama dengan Kazakhstan dalam pemenuhan kebutuhan energi tambang, Kerjasama ekonomi dengan Uzbekistan yakni Gazprom dan Lukoil, Kerjasama dengan Kirgistan dan Tajikistan dalam peneyediaan energi dari tambang Gazprom, dan di Turkmenistan didominasi oleh pipa gas Lukoil milik Rusia.

Keberadaan Asia Tengah dipetakan sebagai kawasan yang kompetitif dan levarage. Dapat disimpulkan bahwa Asia Tengah sangat menjanjikan bagi masa depan Rusia. Keuntungan ekonomi dan keamanan selalu dikaitkan dengan politk luar negeri Rusia. Minyak merupakan suatu komoditas yang sangat vital bagi kehidupan manusia serta minyak tergolong sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Perburuan akan sumber daya alam minyak semakin meningkat ketika banyak negara mulai memasukkan kebutuhan tersebut sebagai salah satu interest yang harus dipenuhi atau bahkan dikuasai semenjak Perang Dunia I hingga saat ini demi berbagai kepentingan mulai dari kebutuhan energi hingga sebagai pelumas senjata. Laut Kaspia memiliki arti penting tersendiri bagi Rusia. Upaya memperjuangkan batas-batas wilayah yang pantas dan pembagian sumber daya antara keempat negara dan Rusia terus dilakukan.

Asia Tengah merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya energi seperti minyak dan gas serta kekayaan alam lainnya, namun sejak lepasnya negara-negara ini dari payung Uni Soviet menjadikan negara ini menjadi wilayah "abu-abu" dengan keberpihakkan yang berubah-ubah. Singkatnya kekayaan alam akan energi seperti sumber minyak dan gas bumi membuat ketidakstabilan politik domestik negara-negara Asia tengah memiliki potensi untuk tumbuhnya gerakan ekstrimis, pengaruh Rusia yang cukup besar, dan kerjasama antara Rusia, Cina dan negara-negara di Asia tengah membuat AS merasa perlu untuk ikut turut mengambil peran dalam geopolitik kawasan Asia Tengah.

Pengaruh Rusia di Bidang Politik Negara-Negara Asia Tengah

Rusia merupakan negara yang memiliki pengaruh besar dalam sistem politik di Asia Tengah. Hal tersebut dipengaruhi oleh periode kekuasaan Uni Soviet di kawasan Asia Tengah yang membuat beberapa masyarakat Asia Tengah masih pro terhadap pemerintah Rusia. Kerjasama ekonomi yang dibangun oleh Rusia tersebut bertujuan untuk mengintervensi politik domestik di Asia Tengah selain itu Rusia ingin mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara di Asia Tengah. Rusia memiliki posisi yang cukup signifikan di kawasan Asia Tengah. Dari segi sejarah dan budaya, dua pertiga dari wilayah Uni Soviet didapatkan oleh Rusia, sehingga Rusia dapat dikatakan sebagai "ahli waris" dari pemerintahan Uni Soviet sebelumnya. Adapun negara-negara yang lepas dari Uni Soviet, kemudian memerdekakan diri dan menjadi negara independen dengan mendirikan pemerintahan mereka sendiri. Negara-negara tersebut adalah Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, tujuan dari kebijakan luar negeri Rusia lebih kepada berupaya untuk mengembalikan kembali identitasnya sebagai negara yang memiliki posisi dalam politik internasional. Untuk mendapatkan kembali status "great power" yang pernah dimiliki pada masa lalu, Rusia kemudian berusaha untuk memulihkan hubungannya dengan negara-negara eks-Soviet. Dalam hal ini proses pembentukan identitas Rusia yang baru termasuk bagian dari kepentingan nasional yang kemudian membentuk kebijakan Rusia di kawasan Asia Tengah.

Kerjasama Asimetris yang terjadi di regional Asia Tengah yang dilakukan oleh Asia Tengah- Rusia dan Asia Tengah- Tiongkok terbagi atas beberapa sektor penunjang. Ketergantungan negara-negara Asia Tengah terhadap hegemon di sekitarnya (Rusia dan Tiongkok) didasari oleh berbagai faktor yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai negara berkembang. Negara- negara Asia Tengah memiliki corak politik demokratis yang sangat rentan akibat sistem otoriter yang ditinggalkan oleh Uni Soviet. Di sektor kebutuhan ekonomi, terlalu mengandalkan penjualan terhadap komoditas dan sumber daya alam yang dimiliki sebagai sumber primer kebutuhan negara perlu dipertimbangkan akibat batas yang dimiliki dari eksplorasi terus menerus. Kebutuhan akan barang komplementer menjadi sebuah kendala ketika negara-negara di regional.

Asia Tengah cenderung bersaing daripada bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan regional. Instabilitas politik memunculkan gerakan- gerakan oposisi pemerintah yang akan menimbulkan separatisme juga sulit ditangani oleh negara akibat dari kekuatan militer yang tidak memadai. Berbagai bantuan dan akses untuk menjaga stabilitas di Asia Tengah yang dilakukan Rusia dapat menjaga kestabilan negara-negara di Asia Tengah. Rusia datang sebagai aktor dominan pasca meningkatnya kebutuhan Rusia di Asia Tengah. Pada era 2000 ketika investasi akan minyak dan gas Rusia di Asia Tengah dilakukan dan menguatnya isu Terorisme di Timur Tengah. Bantuan yang diberikan Rusia seperti Customs Union, Military Assistance, dan Investasi energi merupakan serangkaian konsistensi Rusia dalam menangani permasalahan di Asia Tengah. Dan mayoritas negara-negara Asia Tengah memetik keuntungan dari setiap kerjasama yang dilakukan dilihat dari sumbangsih Rusia pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keamanan di Asia Tengah.

Organisasi multilateral (CIS, EEC, CSTO dan SCO) menjadi instrumen untuk kerjasama Asia Tengah dan Rusia untuk meningkatkan integrasi antara kedua belah pihak. Namun, bargaining power Rusia di Asia Tengah sudah terlalu kuat akibat dari kerjasama asimetris ini. Rusia dapat sewaktu- waktu menghentikan kerjasama dan akan sangat merugikan bagi Asia Tengah.

Kebijakan Rusia di Asia Tengah kemudian ditandai dengan membentuk persemakmuran negara independen atau Commonwealth of Independent State (CIS) bersama dengan Ukraina dan Belarusia tepat setelah Uni Soviet pecah pada tahun 1991. Terbentuknya CIS ini ditandai dengan ditandatanganinya Alma-Ata Protocol oleh 8 negara bekas pecahan Uni Soviet yaitu Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Turkmenistan, Tajikistan dan Uzbekistan. 75 CIS yang awalnya dibentuk sebagai organisasi simbolis pada perkembangannya menjadi wadah untuk mengatur dan mengkoordinasi ekonomi, politik dan militer yang sebelumnya terjalin antar negara ex-Soviet. Selain itu juga mengatur mengenai kerjasama dalam hal pencegahan kriminalitas antar lintas batas negara. CIS kemudian menjadi suatu organisasi dengan sistem yang lebih "fleksibel" dengan mengedepankan kedaulatan masing-masing negara.76 Dengan demikian, negara-negara yang terlibat dalam CIS ini digunakan Rusia sebagai penyangga keseimbangan kekuatan eksternal di wilayah regional.

Pengaruh Rusia di Bidang Ekonomi Negara-Negara Asia Tengah

Kerjasama-kerjasama yang terbangun di antara Rusia dan Asia Tengah menjadi bagian penting yang mewarnai hubungan kedua negara. Melalui kerjasama yang terbangun tersebut menunjukkan adanya kepentingan Rusia di kawasan, baik itu kepentingan ekonomi atau kepentingan-kepentingan lain seperti perluasan pengaruh misalnya. Menyangkut kekayaan alam yang dimiliki Asia Tengah, meskipun Rusia termasuk negara yang kaya akan cadangan sumber daya alam, tidak dapat dipungkiri bahwa energi di Asia Tengah merupakan salah satu alternatif yang dapat memberikan keuntungan bagi Rusia dalam menjaga pasokan keamanan energi yang dapat ditujukan untuk memenuhi konsumsi energi dalam negeri maupun untuk di ekspor ke negara-negara lain. Keadaan domestik Asia Tengah yang saat itu masih dapat dikatakan tidak stabil karena merupakan negara persemakmuran baru, dan potensi-potensi alam yang dimiliki, membuat negara-negara lain melihat Asia Tengah sebagai wilayah yang "potensial". Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, kehadiran Rusia di Asia Tengah didasarkan atas kepentingan nasional Rusia dalam memenuhi kebutuhan industri domestik, oleh karena itu pencarian sumber energi alternatif diperlukan untuk menjaga kelangsungan kebijakan domestik. Dengan tersedianya energi, Rusia dapat mengamankan konsumsi energi dalam negeri sehingga dapat mendorong perkembangan industri domestik dan berdampak pada meningkatnya perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun