Mohon tunggu...
Amanda Ratih Pratiwi
Amanda Ratih Pratiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu dari 2 anak, mencintai hutan, gunung, lautan dan negrinya

Amanda Ratih Pratiwi, Penulis 5 Buku solo, dan 18 Antologi ini adalah Istri dari Lukman Hakim,S.Hut.Msi. Selain aktif di kepengurusan Forum Lingkar Pena Bekasi selama 15 tahun,j uga sering mengerjakan artikel-artikel pesanan. Main2 ke blog saya ya, www.catatanamanda.com, makasih ^^

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tempe dan Pariwisata Indonesia

5 Desember 2017   22:17 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:31 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu industri tempe yang memproses tempe secara moderen, dokpri

Indonesia tidak menyadari ketika pelan-pelan Eropa mengendus sesuatu hal yang tak ada di negara mereka, dan ini nilainya lebih tinggi daripada emas. Padahal di negara sendiri, keberadaannya terbuang-buang dan sedikit diabaikan. Yah, Eropa mengendus adanya rempah-rempah yang saat itu menjadi komoditi incaran mereka. Maluku terkena getahnya, daerah terindah yang pernah saya tinggali itu, menjadi incaran 3 bangsa Eropa, Inggris, Portugis dan Belanda. Mereka bersaing memperebutkan keberadaan rempah-rempah. Sampai-sampai hanya karena cengkeh dan pala, negara kita dijajah sampai ratusan tahun.

Lalu, apakah kalian ingin tragedi ini terulang kembali di negara kita, ketika kita begitu mengacuhkan sesuatu hal yang berguna ternyata sangat bermanfaat untuk negara orang. Sudah pasti jawabannya tidak, ya masak iya.. memangnya mau angkat senjata lagi? Ih saya mah ogah. Indonesia, begitu banyak potensi wisata dan alamnya yang menggoda mata-mata asing, jika kita tidak waspada dan awas, akan ada banyak predator yang siap menyerang dari arah manapun.

Kalian tau? Sudah banyak milik Indonesia yang di klaim bangsa lain. Entah itu makanannya, sampai kebudayaannya. Apa kalian tidak menyadari ada satu makanan yang ternyata diremehkan bangsa sendiri tapi diincar oleh negara lain. Mau tau apa? Yes, tempe..

Hah tempe, serius?

Iya tempe, masak sih saya bohong. Jadi tempe ini kan dianggap makanan desa sama bangsa sendiri, tapi ternyata tempe begitu digemari di negara asing. Di London seorang pria bule bernama William Mitchell rela belajar membuat tempe di sejumlah kota di pulau jawa. Setelahnya dia bawa ilmu tersebut untuk diterapkan di negara asalnya. Pada dua tahun pertama ia memasarkan tempe, tentu saja kesulitan, karena dari segi rasa sudah pasti jauh berbeda selera, namun siapa sangka, tempe berhasil merebut hati orang-orang Inggris. Tidak hanya dijual di pasar, William memasarkannya melalui media sosial. Saya bilang ini sesuatu yang unik sekali, makanan bangsa sendiri dipromosikan dengan sangat getol oleh bangsa asing.

Ana Larderet, seorang warga berkebangsaan Prancis ini jatuh cinta dengan tempe. Ana sempat tinggal di Indonesia selama kurang lebih satu tahun ketika ia kuliah di UGM disaat itulah ia jatuh cinta dengan Indonesia dan punya kesan tersendiri terhadap Indonesia. Dari situ Ana mendapat motivasi untuk mulai berbisnis tempe. Kemudian ia belajar cara membuat tempe ketika mengambil S2 di Swiss, ketika Ana mulai memproduksi tempe, berkali-kali selalu gagal dan busuk. Tetapi Ana tidak pantang menyerah, ia terus berusaha sampai akhirnya tau resep yang pas bagaimana tempe itu dibuat. 

Saat itulah Ana mulai mendekati diaspora warga Indonesia di Swiss, dan akhirnya ia mempunyai pelanggan tetap. Hati-hati dua contoh diatas adalah orang Eropa. Ingat cengkeh dan pala? Siapa yang tertarik untuk menjamahnya? Yes, bangsa Eropa. Dan sebenernya masih banyak lagi warga negara asing yang mulai tertarik memproduksi tempe dan memasarkannya sendiri, hal-hal semacam ini perlu diwaspadai sekali Sebab bisa saja orang mulai mendaftarkan hak patennya sehingga produksinya dilindungi. Tentunya ini sangat mengancam Indonesia sebagai produsen tempe pertama di dunia.

Lalu kenapa tempe bisa membuat orang malu jika mengkonsumsinya?

Karena pendahulu-pendahulu kita sudah mulai membuat semacam ungkapan bahwa tempe itu seolah-olah rendah, misalnya saja, 'dasar bangsa tempe', 'dasar mental tempe', dan lainnya. Lalu yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan bangsa tempe? Rendahkah? Hinakah? Malah bagus dong kita makan tempe, kan banyak proteinnya. Ada pula mental tempe, ada apa dengan mental tempe, apa karena harganya yang sangat murah jadi tempe dianggap makanan yang sangat rendah. Padahal, kalau orang tau gizi tempe itu luar biasa untuk tubuh, wah pasti ungkapan-ungkapan tadi tidak berani mereka layangkan. Atau karena pembuatan  tempe yang sangat jauh dari kata moderen? Karena pembuatannya diinjak-injak itukah yang menyebabkan orang berani membuat ungkapan tidak mengenakkan. Padahal sebetulnya, semakin berkembang zaman, produksi tempe semakin moderen pembuatannya.

img-20171117-153622-5a26b5c7c2751d04020781f2.jpg
img-20171117-153622-5a26b5c7c2751d04020781f2.jpg
Tempe-tempe di Indonesia mulai diproduksi secara moderen

Bagi yang beranggapan tempe dibuat secara tidak moderen dan masih menggunakan sistem diinjak-injak. Coba main dulu ke daerah Klaten, Di Desa Geneng, Kecamatan Prambanan, ada sekelompok ibu-ibu PKK yang dibantu oleh Forum Tempe Indonesia. Rumah Tempe di daerah Klaten ini merupakan salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) Danone. Dalam membantu ekonomi dan mengembangkan produk lokal. Mereka membuat tempe dengan cara sangat-sangat moderen. Bahkan tempe yang mereka buat bisa tahan lama dibanding tempe yang dibuat tidak moderen. Selain itu tempe yang mereka buat rasanya lebih gurih dan lebih legit dibanding tempe yang dibuat secara tradisional. Apa sebab? Karena semakin berkembangnya tekhnologi Ibu-ibu tersebut belajar dan berupaya bagaimana menciptakan tempe dengan olahan yang lebih bersih dan higienis tanpa mengurangi nilai gizinya. Tempe-tempe ini dibuat dengan alat-alat yang berbahan stainless stell, mulai perebusan sampai dengan pengemasan, tempe-tempe ini dijaga. Bahkan yang membuat tempe pun memakai sarung tangan, celemek, penutup kepala sampai sepatu boot. Ini artinya tempe semakin higienis dan gizinya sudah pasti terjamin.

Salah satu industri tempe yang memproses tempe secara moderen, dokpri
Salah satu industri tempe yang memproses tempe secara moderen, dokpri
Peserta Danone Blogger Academy menyimak cara pembuatan tempe moderen, dok: kompasiana
Peserta Danone Blogger Academy menyimak cara pembuatan tempe moderen, dok: kompasiana
Memang apa saja gizi yang terkandung dalam tempe?

Sebenernya saya tidak begitu suka tempe, tapi mengingat kandungan gizi yang terkandung di dalam tempe sangat luar biasa, saya berupaya menyukainya. Mau tau apa saja, nih saya jabarkan:

Protein Nabati : Protein yang berasal dari tanaman, keluarga kacang-kacangan menempati urutan pertama protein ini.

Asam Amino : Sejenis senyawa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri.

Vitamin B : salah satu vitamin yang larut dalam air dan membantu dalam metabolism sel.

Zat Besi ; Suatu zat yang terdapat dalam tubuh yang sangat erat kaitannya dengan ketersediaan jumah sel darah merah, fungsi lainnya adalah untuk mengangkut pari-paru ke jaringan dan mengangkut electron di dalam proses pembentukan energi

Zinc : salah satu mineral yang dibutuhkan enzim sebagai kofaktor untuk menjamin optimalisasi fungsi. Tanpa zinc, enzim tidak dapat bekerja optimal

Isoflavon : senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

Riboflavin : salah satu koenzim yang berperan dalam berbagai metabolisme energi di dalam tubuh

Lemak nabati, terutama dalam pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana

Fosfor : salah satu mineral terbaik kedua setelah kalsium,

Karoten :sejenis zat pigmen. Karoten dapat disimpan di dalam hati, sehingga dapat diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan tubuh

Jadi, kenapa kita wajib mengkonsumsi tempe?

Dari penguraian kandungan di atas tentu saja kita banyak mendapat nutrisi dari mengkonsumsi tempe, sederhananya, hanya makanan seharga tiga ribu rupiah tapi nutrisinya sudah menjangkau semua dan mendapatkan banyak sekali manfaat, diantaranya :

- Asam amino yang terkandung dalam tempe membantu memperbaiki jaringan tubuh, membantu pertumbuhan normal, menguraikan makanan dan sumber energi (karbohidrat) bagi tubuh melancarkan pencernaan

- Anti depresan, dapat membantu sel-sel yang rusak dengan sangat cepat, sebab kandungan vitamin B yang terkandung di dalam tempe, Vitamin B adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Apa jadinya jika tubuh kekurangan vitamin B? sejumlah penyakit akan menyerang tubuh diantaranya : beri-beri, Anemia, mudah lelah, nafsu makan berkurang, depresi

- Mencegah anemia sebab kandungan zat besi yang tinggi

- Menurunkan kolesterol, menghambat pembentukan sel kanker payudara pada wanita dan sel kanker prostat pada pria, mencegah penyakit jantung, mencegah osteoporosis, anti aging alami sebab kandungan isoflavon, hal ini sangat baik untuk penderita jantung dan diabetes

- Menjaga kekuatan tulang dan gigi, pembentukan protein, membantu kesehatan otak (meningkatkan fungsi otak), mengatasi kelelahan dan kelemahan otot, melancarkan proses urinisasi, membantu fungsi ginjal sebab kandungan fosfor di dalamnya

- Antioksidan dan antibiotika dapat menangkal radikal bebas.

- Obat diet alami, karena mengandung sumber protein bebas lemak *asal pengolahannya benar, misal direbus, dikukus*

Dan masih banyak manfaat mengkonsumsi tempe lainnya

 

Jadikan tempe sebagai makanan yang ciamik di meja

Agar nutrisi tempe tidak banyak berkurang, sebaiknya kita pintar dalam mengolah tempe, salah satu upayanya adalah mengurangi tempe goreng. Nah loh, jadi tempe harus dibikin apa? Karena tempe bahan makanan yang multifungsi sebaiknya lakukan perebusan atau pengukusan, tempe dapat diolah menjadi banyak sumber makanan tanpa harus digoreng, misalnya saja tempe bacem, sup tempe, atau dibuat berbagai macam olahan lain misalnya steak tempe, burger tempe, brownies tempe dll

Btw, Tempe punya hubungan yang erat dengan Serat Centhini loh

Serat Centhini itu film ya? Iyes, film yang diperankan Dewi Persik, tapi tahukah kamu bahwa Serat Chentini merupakan kisah perjalanan putra-putri Sunan Giri sesudah Sunan Giri dibunuh oleh Sultan Agung, buku ini ditulis oleh juru tulis keraton Surakarta, R Ng Ronggo Sutrasno pada awal abad ke-19. Di dalam Serat Chentini ini memuat masalah ada istiadat, humaniora Jawa, kuliner dll, yah.. boleh dikatakan ini adalah kitab antropologi Jawa. Lalu hubungan antara Serat Chentini dan tempe apa? Di dalam bab ke 3 dan bab ke 12 disebutkan bahwa tempe sudah menjadi bahan panganan orang jawa sejak dulu

Menurut Sakti Wibowo penulis sekaligus budayawan,  dahulu sekali keahlian membuat tempe itu diwariskan turun temurun lewat proses mistik. Tidak seperti sekarang, saat ilmu pengetahuan sudah bisa merekayasa jamur rhizopus, dan siapa saja bisa bikin tempe asal tahu ilmunya. Pengrajin tempe tradisional Jawa sangat unik, termasuk cara mereka memperbarui dan menyimpan bibit tempe, namanya laru. Laru itu bibit jamur tempe yang didapat dari daun jati sisa membungkus tempe. Tempe yang dibuat jaman dulu dibungkus dengan paku daun. Pada saat pembuatan ada beberapa jamur yang menempel di daun saat tempe sudah jadi. Jamur yang menempel tadi digiling kembali untuk merontokkan jamur tempe, lalu dikeringkan. Disimpan baik-baik di tempat kering,pada suhu ruangan, itulah asal mula laru. Saat mau digunakan, laru yang telah disimpan tadi dicampur tepung. Ditaburkan di kedelai yang sudah direbus.. Menyampurkannya pun harus pada saat tempe sudah dingin. Zaman sekarang, laru sudah digantikan dengan starter jamur yg diproduksi pabrikan. Bentuk starter itu seperti garam, dicampur tepung lalu ditabur di atas bahan tempe.

Mengingat salah satu janda yang diselingkuhi Raden Mas Cebolang, tokoh di serat Centhini, adalah seorang pengrajin tempe ini membuktikan tempe memang makanan lokal Indonesia. Dalam jilid 3 Serat Centhini digambarkan perjalanan Cebolang dari Candi Prambanan menuju Pajang. Dalam perjalanannya, ia mampir di dusun Tembayat wilayah Kabupaten Klaten dan langsung dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan lauk seadanya. "Brambang jae santen tempe.. asem sambel lethokan,"tutur Pangeran Bayat. Sambel lethok sendiri diolah menggunakan bahan dasar tempe yang telah difermentasikan lebih lanjut. Kedelai dan tempe bahkan disebut secara bersamaan pada jilid 12 dengan bunyi, "..kadhele tempe srundengan..". Nah, besar kemungkinan tempe pertama kali memang dihasilkan di daerah Klaten mengingat cerita di atas. Tapi tidak menutup kemungkinan ada pengrajin tempe sebelum ini di tanah Jawa.


Bumikan tempe sebagai salah satu makanan lokal agar mendunia dari negri sendiri

Mengingat tempe betul-betul makanan lokal yang diproduksi secara turun temurun, tidak inginkah kita mulai menjaga kelestarian tempe sebagai salah satu makanan pribumi. Jangan sampai bangsa-bangsa asing mulai mempelajari bagaimana tempe dibuat kemudian meng-hak patenkan buatan mereka, apa yang terjadi? Bangsa kita kembali gigit jari.

Jika kita datang ke Bogor yang terbayang adalah talas, kalau datang ke Ambon yang terbayang adalah sagu, jika kita datang ke Padang yang terbayang adalah rendang, datang ke Palembang yang terbayang adalah mpek-mpek, lalu tempe? Pernahkah kita membayangkan ketika menyebut tempe yang terbayang adalah sebuah tempat di Indonesia? Saya rasa belum ada, padahal tempe adalah makanan nenek moyang, dibandingkan mpek-mpek dan rendang, tempe lahir lebih dulu. Tempe bisa saja menjadi salah satu icon sebuah kota jika, masyarakat setempat mulai berani mengeksplor tempe lebih jauh lagi seperti :

  • Memunculkan banyak industri tempe yang lebih moderen, dan mulai mengenalkan keberadaanya melalui media sosial, karena semua lini kehidupan tak lepas dari media sosial,
  • Mengedukasi masyarakat pembuatan tempe yang lebih moderen agar tempe tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat sendiri.
  • Memunculkan varian-varian baru makanan olahan berbahan dasar tempe yang belum pernah ada dijumpai di daerah lain. Daerah yang paling banyak industri tempenya harus berani membuat varian baru misalnya lapis legit tempe, brownies tempe, pizza tempe, crackers tempe dll, sehingga pengunjung yang datang ke Klaten mengenali bahwa Klaten adalah penghasil tempe terbesar se-Indonesia
  • Bekerja sama dengan instansi terkait untuk mulai mengangkat nama tempe sebagai salah satu panganan lokal terbaik di daerah Klaten
  • Mulai memunculkan tempe sebagai makanan utama pada event-event festival ke-pariwisataan dimana banyak sekali turis asing berdatangan
  • Memang tidak dikeahui persis daerah mana di dalam kitab Serat Chentini asal mula tempe pertama kali di buat, jika memang benar daerah Jawa tepatnya di Klaten, maka daerah yang belum mempunyai icon makanan khas harus berani maju menduniakan tempe. Dan Klaten sebagai salah satu daerah yang mempunyai industri tempe  terbaik bisa memulainya, kenapa tidak?

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun