Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Baru Berjalan 6 Bulan, Kok Mau diganti?

24 Oktober 2024   11:04 Diperbarui: 24 Oktober 2024   17:34 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar akun resmi Mendikbudristek, Nadiem makarim memberikan ucapan selamat atas pelantikan presiden dan wapres (Dokpri)

***

Peningkatan Pembelajaran Matematika, Permintaan Presiden Prabowo Subianto secara khusus

Apakah benar Presiden RI Ke-8, Bapak Prabowo Subionto menginginkan peningkatan pembelajaran Matematika?. Ya, benar. Secara khusus beliau memanggil Menteri Pendidikan yang baru, untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya di sekolah-sekolah, baik dasar dan menengah.

Penguatan kemampuan Matematika bagi siswa menjadi dasar untuk pengembangan sains dan teknologi di Indonesia. Dan beliau juga menginginkan pengenalan matematika dari sejak usia dini. 

Dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK). Beliau berharap skor Program for International student (PISA) Indonesia  menjadi meningkat dan dapat memperkuat fondasi Pendidikan STEM (Science, Teknology, Enginering And Mathematics).

Dan dengan peningkatan kualitas sains dan teknologi yang dapat tercapai, melalui pengembangan matematika terutama di kelas 1-4 Sekolah Dasar. 

"Pentingnya kualitas pembelajaran Matematika dan bagaimana metode pembelajarannya harus diperbaiki, termasuk di dalamnya, ya konsekuensi pelatihan guru Matematika," kata Mendasmen, Abdul Mu'ti saat berada di Istana kepresidenan Jakarta (22/10/2024).

***

Pentingnya Kurikulum bagi Gen Z dan Alpha, membentuk generasi unggul dan berkarakter

Saat ini, banyaknya lulusan SMA dan SMK yang merupakan gen Z yang menjadi penyumbang terbesar pengangguran perlu segera dibenahi dari segi Kurikulum.

Faktor penyebab utamanya adalah :

  • Kurikulum SMA/SMK yang belum menjawab dunia usaha, saat memasuki dunia kerja.
  • Tidak mempunyai kompetensi yang cukup.
  • Adanya guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya. Karena guru yang ada di sekolah tersebut belum lengkap. Sesuai dengan Kompetensi mata pelajaran yang di ampu. Misalnya guru PKN mengajar komputer atau bidang keahlian lainnya.
  • Sarana dan prasarana sekolah yang tidak lengkap.

Selain faktor tersebut pembelajaran etika yang kurang dan rendah juga perlu menjadi perhatian khusus. Dengan mengedepankan Kurikulum pembangunan Karakter. Semoga Pendidikan di Indonesia lebih baik lagi dan sesuai harapan, dan tidak sekedar ganti Kurikulum. (*)

Penulis adalah Kompasianer dari Kota Samrinda, yang menyenangi Dunia Pendidikan | Dokpri  AI
Penulis adalah Kompasianer dari Kota Samrinda, yang menyenangi Dunia Pendidikan | Dokpri  AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun