" Saya Ramli, Pak!. Murid bapak waktu kelas 4, anaknya Pak Hama," jawabnya sambil membantu ingatanku.
"Oh ia, saya baru ingat. Ramli yang jago Matematika, kalau bapak suruh mengerjakan di papan tulis, selalu duluan, mengacungkan tangan."Â
"Iya Pak?," jawabnya sambil tersenyum.Â
"Sekarang sudah kuliah?, kuliah dimana Ramli?, Prodi apa?," tanyaku lagi bersemangat.Â
" Di Universitas Mulawarman Pak, ambil Prodi S1 Matematika." jawabnya.
"Hebat, sudah bapak duga."Â
Ramli, akhirnya turun dari angkot, tepat di depan perpustakaan daerah. Sesaat belum turun, ia mengucapkan salam, dan salim dengan mencium tanganku.Â
"Rupanya tabiat, dan sopan santun anak ini tetap tidak berubah." gumamku dalam hati.Â
***
Saat menjadi muridku di kelas 4, dia sering bertanya, bagaimana menjadi seorang guru. Dia tidak tertarik bercita-cita seperti temannya yang lain. Ada yang ingin jadi polisi, tentara, Dokter dan perawat.
"Mengapa kamu mau menjadi Guru, Ramli?," tanyaku, sambil ngobrol santai di teras rumah dinas sekolah.Â