Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kartini Berseragam Badut

21 April 2024   13:38 Diperbarui: 21 April 2024   21:55 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kartini berseragam badut jalanan bersama seorang Ibu diolah menggunakan Ai Bing | Dokumen Pribadi

Ayahnya meninggal saat mewabah penyakit Covid-19, beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Ibunya, baru meninggal seminggu yang lalu, terkena penyakit tipes. 

Gadis kecil, bernama Kartini, tinggal bersama kedua adiknya yang masih kecil di sebuah gubuk, yang terletak di pinggir kampung. Untuk makan sehari-hari, terpaksa meminta belas kasihan warga sekitar, gubuk tempat tinggalnya.

***

Ilustrasi Kartini berseragam badut jalanan bersama seorang Ibu diolah menggunakan Ai Bing | Dokumen Pribadi
Ilustrasi Kartini berseragam badut jalanan bersama seorang Ibu diolah menggunakan Ai Bing | Dokumen Pribadi

Ibu berkendara mobil, yang menghampiri Kartini berseragam badut jalanan, mengajaknya untuk ikut dengannya. Kartinipun naik ke dalam mobil tersebut.

"Dik, mau enggak kamu tinggal sama Ibu, dan juga kedua adikmu, ikut bersama." 

"Maksud Ibu, saya tinggal dirumah Ibu begitu?." 

"Iya, kamu dan adikmu, tinggal bersama kami. Biar, ada temannya Carmela dirumah, karena kami juga tinggal berdua. Bapaknya Carmela juga telah meninggal dunia, saat pulang dari Jakarta, pesawatnya mengalami kecelakaan." jelas si Ibu.

"Dik, kamu benar-benar menjadi Kartini buat adik-adikmu. Ibu benar-benar kagum dan sedih, melihat anak se-usiamu sudah berkelahi dengan waktu." 

Ibu yang dipanggil mama Carmela, terlihat menyeka bulir air mata, yang meleleh pelan di kedua pipinya, sambil berkendara, menjauh dari para badut tersebut berdiri.

Pikirannya menerawang, mungkin badut-badut yang berdiri di seberang mall, yang berjoget-joget, dan seakan penuh gembira, sebenarnya memendam seribu satu kesedihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun