Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bisnis Tokek

16 April 2024   19:13 Diperbarui: 17 April 2024   14:10 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang laki-laki tua memegang seekor Tokek diolah menggunakan Ai Bing (Dokumen pribadi)

Sepertinya orang tersebut, adalah penguji. Dikiri dan kanannya, duduk dua orang mendampingi. Sementara para master Tokek, juga sudah berkumpul di rumah Pak Wakidi dan Ibu Siti Nazarotin.

Pak Wakidi, menyodorkan sebuah kotak bambu yang berukuran agak besar. Di dalamnya terdapat seekor tokek berwarna abu-abu kebiruan, dengan bintik-bintik merah, dan ekor bergaris-garis gelap, dengan iris mata kuning. 

Penguji, mengamati tokek tersebut dengan teliti. Hanya tokek yang memenuhi syarat dan ketentuan berlaku, yang akan mereka beli. Dan bos besar tokek akan segera datang, menyerahkan uangnya langsung ke rumah pasangan suami isteri tersebut.

***

Wajah-wajah tegang, tergambar jelas dari semua yang hadir menyaksikan pengujian tokek. Konon tokek yang di beli yang ukuran panjang dan beratnya minimal tiga kilo setengah, yang akan dibeli. 

"Apakah bapak dan Ibu, sudah menimbangnya?."

"Sudah Pak, kami sudah menimbangnya. Beratnya mencapai 3,6 kilogram." ujar Pak Wakidi.

"Baik Pak, sekarang kita timbang ulang, menggunakan timbangan digital, semoga sesuai." ujar penguji.

Penimbangan ulang, disaksikan semua master tokek, juga para korlap dan pencari tokek, yang hadir di rumah Pak Wakidi dan Ibu siti Nazarotin. Sementara, diluar rumah warga desa, juga memasang kupingnya untuk mencuri dengar percakapan didalam rumah tersebut.

"Lha Pak, ini kok beratnya cuman dua setengah kilogram?." ujar penguji sambil memastikan timbangan digital. Semua terkejut, mendengarnya.

"Kok bisa?, saya pastikan timbangannya sebelum saya beri tahu Pak Alek, tiga koma enam kilogram." sahut Pak Wakidi, dengan suara bergetar. Dia menjadi bingung sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun